Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ini Penjelasan Lantamal IV Terkait Pembajakan Kapal Kargo Korsel di Selat Singapura
Oleh : Putra Gema Pamungkas
Senin | 22-07-2019 | 16:16 WIB
ilustrasi-kapal-tanker1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Kadispen Lantamal IV Tanjungpinang, Mayor (Mar) Saul Jamllay, membenarkan adanya pembajakan kapal kargo bebendera Korea Selatan.

Informasi perompakan kapal kargo itu didapat dari International Liaison Officer (ILO) dan Information Fusion Center (IFC).

"Berdasarkan informasi dari ILO dan IFC, mereka membenarkan bahwa telah terjadi dugaan perompakan kapal kargo berbendera Korsel," kata Saul saat dikonfirmasi BATAMTODAY.COM, Senin (22/7/2019).

Namun, Saul mengungkapkan bahwa pihaknya belum tau persis tempat kejadian perkara (TKP) perompakan tersebut apakah terjadi di selat Singapura atau masuk ke Utara Korea. Hal ini karena pihaknya belum bisa bertemu dengan Anak Buah Kapal (ABK).

"Kemungkinan sudah aman, dan kapal tersebut sudah melanjutkan pelayaran. Namun untuk informasi yang lebih pastinya akan saya kabari kembali," tegasnya.

Sebelumnya, Kantor berita Korea Selatan (Korsel) Yonhap melaporkan kapal kargo berbendera Korsel dibajak. Pembajakan tersebut dilakukan di Selat Singapura pada Senin (22/7/2019) pagi.

Pembajakan tersebut membuat kapal kehilangan ribuan dolar AS dalam bentuk tunai. Polisi Singapura yang mengawasi pantai negara itu belum menanggapi komentar atas peristiwa ini.

Dengan kebijakan yang keras dalam beberapa tahun terakhir pembajakan di jalur sibuk Selat Singapura itu sudah sempat menurun. Jalur tersebut dikelola oleh Singapura, Malaysia, dan Indonesia.

Namun, Yonhap melaporkan tujuh orang pembajak membajak kapal CK BlueBell. Para perompak yang menggunakan speedboat itu menyerang sebelum fajar tiba.

Beberapa orang kru kapal terluka. Pada 2014, majalah Time menyebut Selat Malaka dan Selat Singapura menjadi salah satu perairan yang paling berbahaya di dunia.

Time menyebutkan dalam kajian yang dilakukan One Earth Future Foundation pada 2010 setiap tahun pembajakan menguras 7 sampai 12 miliar dolar AS perekonomian internasional. Sejak 2014, ketiga negara yang mengelola jalur tersebut memperkuat kebijakan mereka di sana.

Namun, pembajakan semakin terorganisir dan menggunakan persenjataan berat. Mereka fokus pada kapal kargo dan tanker yang keluar dari Selat Malaka dan Singapura menunju Laut Cina Selatan.

Editor: Yudha