Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Polsek Sagulung Anggap Angin Lalu Laporan Korban

Maria Diculik dan Disekap 3 Pria Tak Dikenal
Oleh : Gokli/Dodo
Jum'at | 16-03-2012 | 18:24 WIB
penculikan-maria.gif Honda-Batam

Maria bersama kedua orangtuanya.

BATAM, batamtoday - Sungguh tragis nasib yang dialami Maria Eflin Simanjuntak (17) ini. Ia diculik tiga orang pria bertubuh besar dari daerah Kavling Baru, lantas disekap di dalam ruko gelap yang belum diketahui pasti tempatnya. Di dalam ruko penyekapan itu Maria disiksa oleh ketiga pelaku.

Menurut keterangan Rotua Sihartaida Siagian (43) yang merupakan ibu korban, peristiwa ini terjadi pada Minggu (11/3/2012) sekitar pukul 17.00 WIB. Saat itu, Maria pamitan dari rumah hendak mengerjakan tugas sekolah ke salah satu warnet di daerah Kavling Baru, Sagulung.

"Tadinya Maria pamit mau kerjakan tugas, tapi sudah sampai larut malam belum pulang juga," kata Rotua mengawali ceritanya.

Karena sudah sampai sekitar pukul 20.30 WIB (Minggu malam) Maria belum juga pulang ke rumahnya, sehingga ibu dan satu adiknya mulai cemas. Kemudian, sekitar pukul 21.30 WIB, Rotua menerima pesan singkat dari nomor HP milik Maria yang isinya membuat hati Rotua langsung gusar dan kebingungan. Isi SMS tersebut yakni "Tenang saja, Pelin akan baik-baik saja anda tak usah khawatir".

"Setelah membaca sms itu saya langsung ketakutan, lantas saya panggil semua keluarga dan beberpa tetangga," lanjutnya.

Malam pun semakin larut, tapi Maria tak kunjung pulang ke rumah, sehingga Rotua bersama keluarga dekatnya melapor ke Polsek Sagulung. Namun, lantaran belum 24 jam Maria tak pulang, laporan mereka belum diterima atau diproses.

Rasa khawatir semakin menghantui benak Rotua dan semua keluarganya yang sudah berkumpul di kediamannya, terlebih setelah beberapa pesan singkat masuk ke handphone Rotua dari nomor milik Maria. Pesan singkat tersebut diduga dikirim oleh para pelaku.

Beberapa pesan singkat yang dikirim pelaku, yakni "Anda harus berserah, Kami akan menjaganya", "Kami akan perlakukan dia (Maria-red) sebagai babu kami", "Bila anda cemas nyawanya terancam", "Biarkan dia (Maria-Red) bersama kami". Rentang waktu sejumlah pesan singkat tersebut diterima Rotua, sampai sekitar pukul 23.00 WIB pada Minggu malam.

"Saya hampir mati membaca semua sms ini," ujar Rotua.

Nah, sekitar pukul 00.25 WIB Maria berhasil mengambil handphone miliknya dari tangan pelaku, dan mengirim pesan sama Rotua, "Mae tolong doakan aq, biar aq bisa keluar dari sini". Membaca pesan singkat yang dikirim Maria, semua keluarganya dan beberapa tetangga yang sudah mengetahui kejadian semakin khawatir. Selang beberapa menit, pesan dari nomor Maria juga masuk yang isinya "Jahanam anda berani sms dia (Maria-Red), kami akan menindas dia camkan itu".

Semua keluarga Rotua semakin ketakutan, namun tak bisa berbuat banyak lantaran tempat penyekapan maupun posisi Maria saat itu tidak mereka ketahui. Hanya saja, sebagian keluarga berusaha menghubungi rekan maupun teman-teman Maria yang mereka kenal, untuk membantu mencari tahu keberadaan Maria.

"Takut, cemas, sedih, tak tahu lagi mau ngapain saat itu. Saya hanya bisa berdoa minta pertolongan sama Tuhan," sebut Rotua sambil meneteskan air mata mengingat kejadian saat itu.

Doa semua orang yang mengetahui kejadian itu akhirnya terkabul. Pada Senin (12/3/2012) sekitar pukul 04.00 WIB Maria berhasil kabur dari tempat penyekapan dan pulang dengan selamat ke rumahnya berkat bantuan seorang sopir taksi yang menemukannya terlunta-lunta di jalan.

Maria yang ditemui wartawan di kediamannya menceritakan, awalnya dia keluar rumah hendak mengerjakan tugas ke salah satu warnet terdekat. Tiba-tiba mobil sedan warna orange berhenti secara mendadak di dekatnya, sebelum tiba di warnet yang menjadi tempat mengerjakan tugas.

"Saya langsung ditarik masuk ke dalam mobil. Mereka tiga orang pria bertubuh besar, saya tak berdaya untuk melawan," terang Maria di kediamannya, Jumat (16/3/2012) siang.

Entah mengapa, saat di dalam mobil Maria langsung hilang kesadaran. Namun, di dalam perjalanan mereka ngobrol seolah-olah sudah kenal lama, dimana ketiga pelaku menawari dia pekerjaan di Singapura, sekolah yang bagus dan kebutuhan hidup yang lengkap.

"Awak nak Singapura tak, di Singapura nak bisa dapat school, semua lengkap. Nak tak usak khawatir lah," kata Maria menirukan tawaran ketiga pria itu saat di dalam mobil.

Maria menambahkan, banyak tawaran ketiga pelaku saat berada di dalam mobil, tapi tak semuanya bisa dia ingat lantaran saat itu dia seakan terbius dengan hipnotis. Tiba-tiba Maria tersadar saat mobil yang membawanya berhenti di depan Panbil Mall. Salah seorang dari pelaku yang mengemudikan mobil, pria berwajah Tionghoa, turun untuk membeli makanan cepat saji.

"Saya langsung berontak mau turun ketika saya lihat sudah ada di Panbil Mall, namun dua pria di dalam menghalangi saya," tambahnya.

Seingat Maria, kedua pria yang menghalanginya berperawakan India, salah seorang botak dan satunya lagi memakai topi dipadu kacamata hitam lengkap dengan anting di telinga bagian kanan.

"Itu saja yang bisa saya ingat ciri-ciri ketiga pelaku," lanjutnya.

Setelah pria berwajah Tionghoa itu datang, perjalanan berlanjut menuju salah satu ruko yang tidak dia ketahui pasti di mana tempatnya. Di dalam ruko tersebut, Maria ditampari dan dijambak serta dibentak-bentak lantaran menolak semua permintaan pelaku. Saking kejamnya pelaku, Maria terpaksa harus kencing di celana lantaran tidak diperbolehkan ke toilet.

"Saya tak bisa kemana-mana, untuk kencing saja harus di celana. Bergerak sedikit, saya ditampelang dan rambut saya dijambak," tuturnya.

Tingkah laku ketiga pelaku pun sangat aneh di dalam ruko, mereka membawa dua orang wanita penghibur masuk ke dalam tempat penyekapan. Sambil menenggak minuman keras, mereka berbuat yang tak layak dipertontonkan di depan Maria.

"Saya sempat lihat pelaku itu memasukkan uang ke dalam bra kedua wanita penghibur itu. Mereka bersenang-senang sambil menenggak minuman beralkohol," katanya menjelaskan kejadian di ruko penyekapan saat itu.

Rasa trauma dan sedih terlihat jelas di wajah siswi kelas dua SMA ini. Sambil menangis, dia melanjutkan ceritanya, saat itu dia sempat mengirim pesan sama ibunya. Namun begitu ketahuan, Maria juga langsung dijambak dan ditampar pelaku.

"Dua kali saya sempat sms mama, karena pelaku saat itu lengah makanya saya bisa ambil handphone yang mereka sita dari saya," sambungnya.

Pelaku bersama dua wanita penghibur akhirnya tertidur setelah menenggak banyak minuman beralkohol. Kesempatan itu dimanfaatkan Maria dengan sangat tepat, dia berhasil kabur dari ruko itu menuju ke jalan dan terus berlari mendekati persimpangan.

"Awal saya keluar ruko itu, di sebelahnya saya lihat banyak mobil. Lalu saya berlari di tengah jalan karena ketakutan. Tiba-tiba sebuah taksi berhenti tepat di belakang saya yang kemudian mengantar saya pulang ke rumah," jelasnya.

Maria mengatakan, selang beberapa menit setelah masuk ke dalam taksi ada persimpangan lampu merah. Sebelum taksi berbelok ke arah kiri, Maria melihat di depan persimpangan ada Rumah Sakit Awal Bross.

"Yang bisa saya ingat setelah berhasil kabur, di depan lampu merah sebelum taksi itu berbelok ada Rumah Sakit Awal Bross," tuturnya mengingat-ingat kejadian setelah berhasil kabur.

Setelah tiba di rumah sekitar pukul 04.00 WIB pada Senin subuh, seluruh keluarga mulai merasa tenang dan lega. Maria dengan kondisi lemas langsung berlari merangkul ibunya sambil menangis.

"Maria langsung saya peluk erat-erat, kami semua menangis dan saya bersyukur atas pertolongan Tuhan," ujar Rotua.

Tak terima dengan perbuatan pelaku, saat itu juga beberapa keluarga Maria langsung mendatangi Mapolsek Sagulung untuk memberitahu kalau Maria sudah pulang ke rumah dan pelaku penculikan lagi tertidur di tempat penyekapan. Harapan keluarga Maria saat itu, supaya Polisi bisa meringkus pelaku. Namun apa yang mereka terima, Polisi yang piket pada saat itu, Senin (12/3/2012) subuh di Mapolsek Sagulung mengatakan, "Kalian ada mobil tak??".

Mendengar perkataan polisi itu, keluarga Maria sempat kaget dan merasa disepelekan oleh anggota Polsek Sagulung yang piket saat itu. "Jelas kami tersinggung dengan perkataan polisi yang piket saat itu, seandainya ada tindakan pasti pelaku itu bisa tertangkap," tukas Rotua.

Besok harinya, keluarga Rotua mendatangi Mapolsek Sagulung untuk membuat laporan resmi terkait kejadian yang menimpa Maria putri sulungnya. Pada Senin (12/3/2011) sekitar pukul 10.00 WIB polisi menerima laporan korban dengan nomor: STPLP/140/III/2012.

Rotua menambahkan, polisi saat itu mempertanyakan akan kelanjutan kasus tersebut. Karena tak terima anaknya diculik dan dipukuli, wajar saja Rotua kepingin kasus itu supaya diusut polisi karena sudah menjadi kerjaannya menegakkan hukum.

"Saya agak kesal juga dengan pertanyaan polisi itu. Sudah jelas anak saya diculik, masa ditanya mau dilanjutin apa tidak. Emannya polisi kerjaannya ngapain??," hujatnya sambil menirukan perkataan polisi itu, "Ibu mau teruskan laporan ini, silahkan ke Lubuk Baja, karena penyekapan di sana."

Tak hanya itu, kata Rotua, Polisi itu juga mengatakan supaya kasus itu tak usah dilanjutkan, sambil mengatakan "Sudalah jaga anak itu lebih baik".

"Polisi apa seperti itu, pantasan saja negara ini rusak SDM Polisi-nya tak becus. Masa tindakan kriminal mau dibiarin begitu saja," ungkapnya menghujat oknum polisi yang betugas saat itu di Mapolsek Sagulung.

Terkait kasus yang dialami Maria ini, Iptu Donris Pasaribu selaku Kanit Reskrim Polsek Sagulung saat dikonfirmasi pada Kamis (15/3/2012) siang menyebutkan, belum terima laporan korban. "Saya belum terima laporan dari anggota, kayaknya tak ada LP," katanya singkat.

Padahal, sesuai tanggal laporan yang dibuat Rotua jelas tertulis pada Senin 12 Maret 2012. Entah apa yang membuat polisi ini seakan enggan untuk mengungkap kasus yang menimpa keluarga Rotua, yang putrinya menjadi korban penculikan, pemukulan dan dugaan akan dijual ke Singapura.