Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Hasil Survei Sabang Merauke Institute, Petahana Diyakni akan 'Game Over'
Oleh : Redaksi
Minggu | 07-04-2019 | 11:04 WIB
survei_smi.jpg Honda-Batam
Direktur Riset Sabang Merauke Institute (SMI) Syahganda Nainggolan (kanan) dan Ketua Steering Commitee PBB Poros Makkah, Akmad Yani (kiri)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Lembaga riset Sabang Merauke Institute (SMI) merilis hasil survei yang menyatakan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin unggul tipis dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Survei tersebut dibiayai Ketua Steering Commitee PBB Poros Makkah, Ahmad Yani.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Riset SMI Syahganda Nainggolan sebelum memaparkan hasil surveinya.

"Kami mendapatkan sponsorship dari beberapa sahabat, antara lain Ahmad Yani, Rp 50 juta," ungkap Syahganda di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (6/4/2019).

Ditemui seusai acara, Ahmad Yani membenarkan bahwa dirinya memang membiayai survei SMI bersama beberapa rekan aktivisnya. Hal itu dilakukan Yani karena dirinya resah atas kebohongan-kebohongan yang menurutnya dilakukan lembaga survei lain.

"Saya biayain, bukan dari uang saya (saja), oleh kawan-kawan juga, yang penting bagaimana menjaga integritas itu. Karena kita tidak menerima pola yang dilakukan oleh kawan-kawan lembaga-lembaga survei yang lain, kita kan nggak menerima itu kebohongan-kebohongan. Tapi kan jangan kita melakukan hal yang sama," ujar Yani di lokasi yang sama.

Menurut Yani, Syahganda menyanggupi untuk melakukan survei dengan tetap menjaga integritas. Bahkan Syahganda sanggup disumpah dengan Alquran sebelum menyampaikan hasil surveinya.

"'Sanggup nggak disumpah? saya bilang. Kata-katanya tadi kan jelas, laknat Allah kalau dia berbohong itu. Saya buat sendiri itu (kata-katanya). Saya nggak mau dia 'asal bapak senang'. Kita sampaikan seperti itu," tuturnya.

"Dan ini adalah bentuk, pertama, Syahganda berani mengumumkan, berapa yang diterima. Lembaga-lembaga survei lain kan berani nggak dia mengumumkan sponsorship-nya, menyampaikan seperti itu?" imbuh Yani.

Menurut Yani, hasil survei SMI menunjukkan objektivitas. Dengan hasil survei tersebut, Yani meyakini petahana akan 'game over'.

"Menurut saya, ini gambaran buat petahana. Petahana udah the game-lah, final, udah selesai dia. Game over," tambahnya.

Lembaga riset Sabang Merauke Institute (SMI) memberikan penafsiran terhadap hasil surveinya terkait elektabilitas pasangan calon di Pulau Jawa. Berdasarkan analisis hasil survei, SMI menyatakan Prabowo Subianto berpotensi menang dengan 51 persen suara di Pulau Jawa.

Survei dilaksanakan pada 27 Maret-2 April 2019 kepada 600 responden yang tersebar di 6 provinsi di Pulau Jawa karena melihat Pulau Jawa sebagai battle ground sesungguhnya dari pilpres. Responden dipilih menggunakan multistage random sampling.

Wawancara dilakukan dengan tatap muka menggunakan kuesioner digital. Margin of error dalam survei ini kurang-lebih 4 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Jokowi Ma'ruf memperoleh 49,32 persen suara, sedangkan Prabowo-Sandi memperoleh 42,71 persen, dengan jumlah undecided voters sebesar 7,97 persen.

"Mencermati fakta dan temuan dalam survei, maka perlu penafsiran yang tepat atas apa yang mungkin terjadi 17 April 2019 nanti. Ada 2 kemungkinan yang berpotensi terjadi," kata Direktur Riset SMI Syahganda Nainggolan di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (6/4).

Kemungkinan pertama, menurut Syahganda, Jokowi dipilih lebih dari 50 persen, di mana undecided voters mengalir sebagian ke Jokowi. Namun Jokowi harus mampu menunjukkan sesuatu yang spektakuler dalam kebijakannya dan pemenuhan janji-janji politiknya di masa lalu.

"Mungkinkah itu terjadi, sementara waktu tinggal 10 hari? Saya nggak tahu, saya dengar tadi di luar Darmin Nasution mau mundur, saya nggak tahu, kita nggak tahu dalam 10 hari ini Jokowi mau buat apa. Kalau ada ya mungkin undecided voters itu akan berubah. Tapi kalau nggak ada, most likely nothing happens, dia mentok di 49 persen," tutur Syahganda.

Kemungkinan kedua, Prabowo disebut akan unggul 51 persen di Pulau Jawa dengan dua asumsi undecided voters. Pertama, ada fenomena 'Trump Shy' yang dikenal dalam pemilu di Amerika Serikat, yaitu malunya pemilih mendukung seseorang yang populis seperti Donald Trump dalam pilpres.

"Ini juga mungkin Prabowo dianggap terlalu militeristiklah atau dianggap tuduhan atau apa, tapi mereka dalam hatinya mendukung Prabowo. Nah, itu 'Prabowo Shy'," jelasnya.

Asumsi kedua, dikatakan Syahganda, para pemilih takut mengidentifikasi diri sudah mendukung paslon nomor urut 02. Dua alasan itulah yang membuat Syahganda meyakini Prabowo akan unggul 51 persen di Pulau Jawa.

"Itulah alasan kenapa saya sebagai ahli sosial politik meyakini bahwa Prabowo akan unggul 51 persen di Pulau Jawa. Keyakinan atas 2 pilihan di atas terlihat lagi, harus dilihat dari antusiasme rakyat dalam kampanye yang berlangsung. Apakah rakyat terlihat lebih antusias dalam mendatangi kampanye Jokowi atau Prabowo?" tuturnya.

"Di lapangan dari rangkaian kampanye yang sedang berlangsung, ternyata kampanye-kampanye Jokowi sepi di mana-mana, sedangkan kampanye Prabowo dihadiri lautan manusia. Artinya, kecenderungan Prabowo unggul 51 persen di Pulau Jawa lebih masuk akal," pungkas Syahganda.

Editor: Surya