Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jangan Sepelekan, Masalah Kesemutan Identik dengan Gangguan Fungsi Saraf
Oleh : Redaksi
Senin | 01-04-2019 | 15:28 WIB
kesemutan1.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Sensasi kesemutan kerap dirasakan saat kaki atau tangan berada dalam posisi tertekuk dan dalam waktu lama. Sensasi ini bisa berlanjut menjadi rasa baal atau kebas tetapi setelah posisi diubah, rasanya ada aliran yang kembali lancar dan kesemutan hilang.

Barangkali ini masalah kesehatan yang dianggap biasa. Namun rupanya sensasi demikian tak boleh disepelekan. Manfaluthy Hakim, dokter spesialis saraf mengungkapkan bahwa kesemutan diidentikkan dengan gangguan fungsi saraf. Ini juga merupakan gejala awal gangguan neuropati ringan.

Neuropati merupakan kerusakan saraf tepi. Saraf ini adalah penghubung organ tubuh (dari organ dalam hingga kelenjar keringat, kulit dan otot) dengan sistem saraf pusat yakni otak dan sumsum tulang belakang. Sensasi kesemutan karena posisi menekuk membuat aliran darah tidak lancar dan saraf tidak memperoleh nutrisi.

"Saraf mulai mengalami kerusakan awal. Kesemutan ini sebagai sinyal atau alarm buat tubuh bahwa ini mulai rusak, jangan sampai berlanjut," jelas Luthy saat temu media bersama Neurobion di The Hermitage, Menteng, Jakarta Pusat.

Bila kesemutan timbul karena posisi tertentu maka ia menyarankan untuk melakukan peregangan atau mengubah posisi agar sensasi kesemutan hilang. Namun bila kesemutan tetap ada meski posisi diubah maka sebaiknya orang segera memeriksakan diri ke dokter.

Gejala kesemutan hanya awal karena jika dibiarkan maka gejala bisa berlanjut menjadi kram, sensasi seperti terbakar, sampai kaku. Kemudian ketika sudah parah maka kulit akan tampak mengilap atau bersisik dan mati rasa.

"Saraf memberikan fungsi sensorik untuk mencegah agar jangan sampai terjadi kerusakan jaringan. Jika saraf rusak, yang paling bahaya, orang bisa pegang sesuatu yang berpotensi merusak tetapi tidak dirasakan," imbuh dokter yang juga Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi Perdossi Pusat ini.

Kerusakan saraf bisa berpengaruh pada tiga jenis fungsi saraf yakni sensorik untuk mendeteksi sensasi panas, dingin atau sentuhan, motorik sebagai perintah untuk melakukan gerakan tertentu, otonom atau gerakan tak sadar dan campuran atau satu saraf yang membawa tiga fungsi sekaligus. Luthy mengungkapkan bahwa saraf di tangan merupakan pembawa tiga fungsi saraf ini sehingga cedera saraf pada tangan bisa memicu timbulnya neuropati.

"Aktivitas dengan gerakan berulang dapat menjadi faktor risiko neuropati termasuk menggunakan gawai terlalu lama. Bagian tubuh pengguna gawai yang berisiko terkena neuropati adalah jari tangan karena dapat menyerang saraf tangan dan menyebabkan kesemutan atau kebas hingga rasa nyeri yang menetap," katanya.

Kasus yang paling banyak terjadi adalah Carpal Tunnel Syndrome atau CTS. Aktivitas dengan gerakan berulang dalam jangka waktu tertentu membuat tangan cedera atau mengalami jeratan. Lama-kelamaan otot mengecil dan menyulitkan aktivitas seperti menggenggam bahkan hanya untuk membawa gelas saja tidak bisa.

Selain itu, neuropati bisa timbul akibat penyakit diabetes. Menurut dia, sebanyak 70 persen penderita diabetes mengalami neuropati.

Pada tahap awal dan moderat, saraf masih bisa ditolong atau disembuhkan asal segera dibawa ke dokter. Namun jika dibiarkan hingga terjadi mati rasa, maka kerusakan saraf sudah lebih dari 50 persen.

"Saraf putus, terjadi penurunan kualitas hidup dan enggak ada obatnya. Istilahnya point of no return, tidak bisa dikembalikan," imbuhnya.

Neuropati bisa dicegah. Luthy menyarankan untuk melakukan deteksi dini, olahraga dan konsumsi vitamin neurotropik atau konsumsi makanan yang mengandung vitamin Bahan makanan yang direkomendasikan ialah beras merah, daging merah, bekatul yang mengandung kulit ari beras dan kacang-kacangan.

"Olahraganya apa? Keep moving, whatever it is. Olahraga yang sesuai kemampuan. Jalan, senam, pokoknya semua lakukan," kata dia.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha