Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Asam Urat Bisa Kambuh Akibat Minum Susu? Ini Penjelasannya
Oleh : Redaksi
Selasa | 05-03-2019 | 10:52 WIB
susu-asam-urat.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Jeroan atau isi perut hewan merupakan musuh utama orang-orang yang mengalami penyakit asam urat. Hal ini karena jenis makanan tersebut mendangung kadar purin yang tinggi, sehingga bisa bikin kadar asam urat melonjak dahsyat.

Dilansir Klikdokter.com, tak hanya jeroan dan makanan yang mengandung purin (atau purina) tinggi lainnya, penderita asam urat rupanya juga harus waspada terhadap susu. Pasalnya, susu disebut dapat menyebabkan penyakit asam urat kambuh.

Mengenal asam urat

Dalam medis, asam urat disebut dengan gout. Menurut dr Andika Widyatama dari KlikDokter, penyakit asam urat adalah suatu keadaan yang terjadi ketika terdapat penumpukan kristal monosodium urat pada sendi dan jaringan.

"Sebelum kristal asam urat terbentuk, biasanya terjadi peningkatan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah. Medis menyebutnya sebagai hiperuricemia," ujar dr Andika.

Menurut penelitian, kondisi hiperuricemia hampir mustahil dideteksi tanpa melakukan pemeriksaan kadar asam urat secara rutin. Tak heran, hanya sepertiga dari penderita asam urat yang menyadari bahwa dirinya mengalami penyakit tersebut.

Susu bikin asam urat kambuh?

Tubuh manusia menciptakan asam urat dari pemecahan purin. Mengonsumsi makanan yang tinggi kandungan purin umumnya akan menyebabkan kadar asam urat meningkat.

Nah, susu sapi dan susu kedelai berasal dari sumber organik dan keduanya sama-sama mengandung purin. Susu sapi memiliki kandungan purin yang rendah, sementara susu kedelai mengandung purin dalam jumlah sedang.

Lantas, apakah itu berarti susu kedelai bikin asam urat melonjak? Dalam sebuah studi pada 1991 di The American Journal of Clinical Nutrition, peneliti menemukan bahwa kadar asam urat dalam darah menurun 3 jam setelah konsumsi susu protein hewani, tetapi meningkat setelah konsumsi protein kedelai.

Dari penelitan tersebut dikatakan bahwa susu kedelai terbukti mampu meningkatkan risiko kekambuhan penyakit asam urat, terutama pada orang yang sudah mengalami penyakit tersebut.

Apa solusinya?

Sebenarnya, Anda tak dilarang untuk mengonsumsi susu sapi atau susu kedelai. Hal yang wajib dilakukan adalah membatasi porsinya agar tidak berlebihan.

Lagi pula, Florida Agency for Health Care Administration mengatakan bahwa susu sapi dan kedelai relatif aman dikonsumsi, apalagi jika Anda bukanlah penderita penyakit asam urat.

Lalu, apa yang harus dilakukan oleh orang-orang yang sudah terlanjur mengalami penyakit asam urat? Tenang, Anda tidak perlu panik. Jika Anda sudah menderita asam urat, cara terbaik untuk mengendalikan penyakit tersebut adalah menerapkan diet rendah purin. Beberapa makanan mengandung purin yang sebaiknya tidak Anda konsumsi, yaitu:

1. Jeroan

Menurut dr Alvin Nursalim dari Klikdokter, jeroan termasuk ke dalam kelompok makanan dengan purin yang tinggi. Dalam 100 gram jeroan, kadar purin yang terkandung di dalamnya berkisar antara 100–1000 miligram.

2. Kerang

Penderita asam urat harus benar-benar menjauhi kerang. Pasalnya, kerang termasuk ke dalam kategori makanan dengan kandungan purin yang tinggi.

"Pencinta kerang harus lebih waspada, karena jenis seafood ini mengandung sekitar 136 miligram purin per gram," ungkap dr Alvin.

3. Udang

Selain kerang, udang juga sebaiknya dihindari oleh orang-orang yang mengalami penyakit asam urat. Ini karena kandungan purin dalam udang mencapai 234 miligram per 100 gram.

4. Daging merah

Berhati-hatilah dalam mengonsumsi daging merah, terutama jika Anda punya penyakit asam urat. Dalam 100 gram daging merah, kandungan purin yang ada didalamnya berkisar antara 9–100 miligram.

Bagi penderita asam urat, ingatlah makanan atau minuman apa saja yang sebaiknya dihindari agar penyakit tak kambuhan. Untuk susu, Anda masih diperbolehkan mengonsumsinya selama dalam batas wajar. Jika ingin lebih aman, konsultasikan lebih lanjut pada dokter mengenai jenis dan porsi susu yang tepat.

Editor: Gokli