Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kandang Ayam Saksi Bisu Perjuangan Hidup Anastasia
Oleh : Gokli/Dodo
Senin | 05-03-2012 | 15:31 WIB

BATAM, batamtoday - Hidup memang butuh perjuangan, tapi perjuangan itu tak pernah sama untuk semua orang. Seperti yang dialami janda beranak tiga, Anastasia (36) terpaksa harus rela tinggal di kandang ayam bersama dua orang putranya, Yosafat (8) dan Sivianus (6). Salah seorang putranya sudah meninggal dunia lantaran terserang penyakit DBD enam tahun silam. 

Anastasia, perempuan asal Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjejakkan kakinya di Batam 12 tahun silam. Awalnya dia bersama Leonardus tinggal di permukiman tak resmi Simpang Base Camp, tapi kehidupan keluarga yang tak harmonis itu semakin lama semakin hancur, sampai saat kelahiran anaknya yang ketiga Leonardus akhirnya pergi meninggalkan Anastasia bersama dua putranya untuk mengejar wanita lain. 

"Dia (Leonardus, Red) pergi tinggalin saya dua hari setelah Sivianus lahir," ujar Anastasia memulai perbincangannya, Senin (5/3/2012). 

Setelah ditinggal suaminya, Anastasia pindah ke Kampung Cunting, Tanjunguncang. Kehidupan keluarganya kian hari kian memprihatinkan, dimana tempat tinggal dan kerjaan tak punya. Menghidupi kebutuhan keluarganya, Anastasia terpaksa harus membantu warga sekitar mencuci baju maupun mencuci piring demi mendapat sesuap nasi. 

"Saya tak punya kerja, terpaksa bantu-bantu warga untuk bisa makan. Warga di sini semuanya baik kadang ngasih uang lebih, kadang ada yang kasih makan saja," katanya dengan air mata berurai di pipinya. 

Awal tinggal di Kampung Cunting, Anastasia menumpang di rumah saudaranya satu kampung, namun itu tak berlangsung lama ketika selisih paham sudah mulai merusak tali persaudaraan mereka. Memang, masih bisa dikatakan untung ketika Kornelius mau menampang mereka tinggal di rumah mungilnya RT02/RW01 Kampung Cunting nomor 24, Tanjunguncang. 

Tinggal di rumah itu baru berlangsung satu bulan, permasalahan juga mulai timbul lantaran Kornelius hidup sebatang kara karema istrinya sudah pergi dan anak-anaknya sudah pulang ke kampung. Sehingga niat tulus dan baik yang ditunjukkan Kornelius menjadi pergunjingan banyak, sampai suatu saat yang mengaku keluarganya Anastasia datang melabrak. 

Menghindari banyak permasalahan, Kornelius menyuruh Anastasia dan kedua putranya supaya keluar dari rumahnya, meskipun sebetulnya itu sangat tak manusiawi, tapi demi menghindari banyak omongan orang. 

"Bapak itu (Kornelius-red.) sudah baik hati nampung kami di rumahnya, tapi banyak orang yang tak senang hati," paparnya. 

Tak bisa berbuat banyak, Anastasia terpaksa tinggal di samping rumahnya Kornelius yang tidak lain adalah bekas kandang ayam yang sangat tidak layak huni. Andai saja ayam bisa ngomong pasti akan menolak tinggal di kandang itu, tapi apa hendak dikata, Anastasia dan kedua putranya sudah bersyukur bisa tinggal di tempat tersebut. 

"Tempat seperti ini saja sudah syukur, soalnya tak punya tempat tinggal lagi," ucapnya dengan pasrah menerima keadaan. 

Di sisi lain, tak hanya sekedar perjuangan hidup yang bakal diperjuangkan oleh Anastasia, melihat umur anaknya sudah delapan tahun namun belum mengenyam pendidikan, sehingga wajar hal ini juga membebani dirinya. Orang tua mana yang tega melihat anaknya tak sekolah dan perjuangan untuk menyekolahkan kedua putranya juga menjadi beban yang sangat dalambagi Anastasia. 

"Ingin menyekolahkan anak, supaya hidupnya kelak tidak seperti ini lagi," tuturnya.