Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Provinsi Kepri Peringkat 4 Kasus Stunting Terbanyak di Indonesia
Oleh : Ismail
Senin | 25-02-2019 | 15:16 WIB
kadinkes-kepri116.jpg Honda-Batam
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kepri, Tjetjep Yudiana. (Foto: Dok Batamtoday.com)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Provinsi Kepulauan meraih peringkat empat teratas kasus stunting terbanyak se-Indonesia. Stunting merupakan sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang seusianya.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kepri, Tjetjep Yudiana mengungkapkan, kasus stunting di Kepri ini mencapai 24 persen dari angka bayi lahir pada 2018 lalu. Sesuai dengan data dari Dinkes, angka kelahiran bayi di Kepri tahun lalu sekitar 300 ribu. Maka, angka kasus stuntung di Kepri mencapai 60 ribu selama satu tahun.

"Sekitar 60 ribu bayi di Kepri terkena kasus stunting ini," ungkapnya, Senin (25/2/2019).

Dijelaskannya, penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir yang biasanya tampak setelah anak berusia 2 tahun. Tak hanya berdampak pada tumbuh kembang di bayi, stunting juga akan menyebabkan besar rongga otak pun terbatas.

Dengan kata lain, organ otak pada manusia penderita stunting tidak tumbuh dengan ukuran yang semestinya.

"Selain itu, resiko penyakit diabetes, stroke, penyakit jantung, serta daya tahan tubuh juga akan melemah. Entah itu pada saat bayi atau dialami ketika penderita stunting beranjak dewasa," terang Tjetjep.

Untuk mencegah maraknya kasus stunting di Kepri, Tjetjep mengimbau para orang tua untuk meningkatkan pemahaman tentang gizi bagi anak. Terutama, bagi para ibu yang wajib memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif minimal hingga bayi berusia 6 bulan.

"Setiap wanita yang mau menikah harus tahu tentang pengetahuan gizi pada saat hamil kelak. Kalau ibunya memgetahui hamil sehat maka bayi juga akan berkembang dengan sehat," imbaunya.

Tjetjep juga menambahkan, Kepri menempati urutan terendah atau Provinsi terbaik dalam pencegahan gizi buruk dan gizi kurang. Menurut, Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) Kementerian Kesehatan RI, sebanyak 45 ribu balita di Provinsi Kepri menderita gizi buruk dan gizi kurang sepanjang 2018. Jumlah tersebut merupakan 13 persen dari total balita di Kepri sebanyak 350 ribu se-Kepri.

Dikatakannya, ada berbagai penyebab terjadinya gizi buruk dan gizi kurang terhadap anak balita di Provinsi Kepri. Antara lain kurangnya asupan makanan bergizi bagi anak, kesenjangan ekonomi keluarga, hingga pola hidup di lingkungan sekitar keluarga atau tempat tinggal yang tidak sehat.

"Saat ini Kepri merupakan provinsi dengan persentase gizi buruk dan gizi kurang terendah atau terbaik se Indonesia," tutupnya.

Editor: Yudha