Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Serang Balik Tokoh Lintas Agama

Sahal Minta Ulama Santun Sampaikan Kritik
Oleh : Tunggul Naibaho
Sabtu | 22-01-2011 | 14:51 WIB

Jakarta, batamtoday - Para ulama diharapkan tetap mampu menjaga jatidiri keulamaanya dalam menyampaikan kritik lewat penyampaian yang baik, santun, pilihan kata tepat dan tidak menimbulkan pro kontra.

Demikian dinyatakan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Sahal Mahfudz, ketika menyampaikan sambutan dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MUI di Asrama Pondok Haji Pondok Gede, Jakarta Timur.

Sahal juga meminta agar MUI mampu bersikap proporsional dalam memerankan fungsi 'tawashi bil-haq'(mengingatkan akan kebenaran).

"Jika baik harus dikatakan baik dan jika tidak baik, maka MUI juga harus menyatakannya," katanya.

Namun ia mengingatkan bahwa dalam menyampaikan kebenaran, setiap pengurus MUI harus memperhatikan jatidiri keulamaan, yaitu senantiasa menggunakan cara yang baik, pilihan kata yang tepat dan tidak menimbulkan pro-kontra di tengah masyarakat.

"Jangan sampai malah membuat gaduh," ia mengingatkan, seperti dirilis Tempo.

Para ulama walaupun harus tegas dalam menyampaikan kebenaran, tetapi juga harus tetap menebarkan kedamaian dan kesantunan, ia menegaskan.

Pada kesempatan itu KH Sahal juga menyampaikan harapan kepada pengurus MUI -- dalam situasi kebangsaan yang memprihatinkan dan masyarakat merasakan beban kehidupan makin berat -- setiap pengurus MUI mampu menemptkan diri dan MUI sebagai pembela dan pengayom umat.

Hadir dalam pembukaan Rakernas MUI, yang berlangsung mulai 21-23 Januari 2011, itu selain Ketua MUI Dr KH MA Sahal Mahfudh juga Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Menteri Koperasi dan UKM Syarifudin Hasan, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dan Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MSc, dan para ulama dari seluruh Indonesia.

Pernyataan Sahal Mahfudh ini disinyalir kuat bertendensi menyerang balik pernyataan para tokoh lintas agama (TLA) yang pada Senin 10 Januari 2011 di Gedung dakwah Muhammadiyah Jakarta Pusat menyatakan Presiden SBY dan pemerintahanya telah melakukan kebohongan.

Kebohongan diinventarir berjumlah 18 kebohongan dengan rincian 9 kebohongan lama dan 9 kebohongan baru.

Akibat pernyataan tersebut pihak Istana rupanya tersentak bak tersengat listrik, karena pilihan kata yang digunakan TLA adalah: Bohong!

Maka Istana pun menggagas pertemuan dengan para TLA pada Senin 17 Januari 2011. Pertemuan yang dimulai pukul 20.00 WIB dan berakhir pada Selasa 18 Januari Pukul 00.45 WIB, tidak membuahkan hasil apa-apa. Bahkan ketua Umum Muhammadiyah menyatakan dirinya kecewa dengan sikap SBY, yang terlihat tidak merespon sikap para ulama.

Memang sejak tudingan bohong kepada SBY yang dilontarkan para TLA, serangan kepada SBY pun meningkat.

Namun belum dapat diketahui pasti, kegaduhan seperti apa yang dimaksud Sahal, dan kesantunan yang bagaimana yang menjadi trade merk para ulama, dalam ukuran Sahal.