Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sejak Desember 2018

Musim Angin Utara, Nelayan Pulau Nipah Berhenti Melaut
Oleh : Nando Sirait
Selasa | 29-01-2019 | 10:40 WIB
pulau-nipah-01.jpg Honda-Batam
Rumah nelayan di Pulau Nipah, Kota Batam. (Foto: Nando Sirait)

BATAMTODAY.COM, Batam - Derasnya angin dan arus laut, serta gelombang tinggi yang disebabkan musim Angin Utara, memaksa para nelayan dari Pulau Nipah, Kecamatan Bulang, Batam memilih untuk menyandarkan perahu dan alat tangkapnya sejak Desember lalu.

Ketakutan para nelayan di Pulau Nipah, dirasa sangat beralasan mengingat tingginya ombak di lautan, yang juga membuat kapal tiga nelayan asal Gunung Kijang karam beberapa waktu lalu. Beruntung ketiga nelayan tersebut masih sempat menghubungi perangakat RT setempat, dan akhirnya berhasil diselamatkan petugas kepolisian, TNI AL dan Basarnas.

Salah satu nelayan Pulau Nipah, Muhammad mengatakan, dengan adanya cuaca buruk ini juga berpengaruh terhadap keadaan ekonomi mereka. Di mana untuk saat ini, dia juga mengaku hanya dapat mencari ikan di seputaran pulau dan memilih untuk tidak mencari ikan terlalu ke tengah atau ke arah laut lepas.

"Bukan hanya saya, masih banyak nelayan di sini yang merasakan hal serupa. Cuaca buruk tentu sangat berpengaruh terhadap kondisi keuangan kami," ujarnya, Selasa (29/01/2019).

Walau begitu, pihaknya mengaku bahwa moment Imlek yang akan berlangsung sebentar lagi, juga membawa angin segar bagi para nelayan. Di mana dengan kondisi cuaca yang seperti saat ini, harga penjualan ikan dingkis mengalami kenaikan.

Saat ini untuk penjualan ikan dingkis sendiri diketahui mencapai harga Rp200-500 ribu per Kg. "Tetapi bukan berarti tanpa kendala, untuk harga yang Rp500 ribu itu apabila ikan dingkisnya dalam keadaan bertelur. Sementara kami saat ini dalam mencarinya, hanya di pinggiran pulau, gak berani ke tengah. Syukur-syukur bisa dapat yang lagi bertelur," paparnya.

Muhammad sendiri juga menyampaikan keluhannya terhadap Pemerintah Daerah, mengenai kesenjangan perhatian Pemko Batam bagi nelayan di bagian hinterland. Menurutnya, adapun program penyejahteraan nelayan yang diusung oleh Dinas terkait hanya bisa dirasakan oleh nelayan yang ada di wilayah mainland.

"Salah satu contoh kecilnya adalah penyediaan life jacket, boro-boro pemerintah mau memperhatikan kami nelayan hinterland apabila dalam kondisi sulit seperti ini. Seperti yang saya bilang tadi, untuk nelayan di pulau jarang ada yang dapat life jacket dari Pemko," ungkapnya.

Ia menambahkan, dalam menjaga keselamatan selama melaut, biasanya para nelayan di sekitar Pulau Nipah, hanya bergantung kepada jeringen, maupun tong fiber yang sengaja mereka bawa dan gunakan sebagai pengganti life jacket.

"Program pembagian life jacket yang sering diadakan oleh pemerintah sering salah sasaran, katanya dibagi ke nelayan di wilayah mainland sementara kita juga sama - sama tahu bahwa yang dapat itu bukanlah nelayan, melainkan para pekerja di bidang lain," tutupnya.

Editor: Gokli