Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Demokrasi Harus Berlandaskan Etika dan Budaya Masyarakat
Oleh : Irawan
Sabtu | 05-01-2019 | 09:04 WIB
tjahjo-pemilu11111111111111.jpg Honda-Batam
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo memiliki pandangan bahwa Pemilu adalah siklus bernegara yang harus terjadi dalam setiap 5 tahun, sesuai amanat Konstitusi UUD 1945.

"Pemilu merupakan ciri bahwa NKRI adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dengan sistem politik demokrasi," ujar Tjahjo di Jakarta, Jumat (4/1/2019).

Setiap dari penyelenggaraan Pemilu, lanjutnya, di samping tahapan proses pelaksanaaan, Pemilu juga membutuhkan iklim yang sehat, sejuk, dan damai.

Tjahjo juga memaknai kontestasi Pemilu merupakan arena pertarungan gagasan, ide, konsep, dan pemikiran bagaimana cara mengelola negara yang disampaikan kontestan dan tim suksesnya.

Masalah perbedaan pilihan politik masyarakat, baik Pileg dan Pilres, harus didudukan dalam koridor dan bingkai komitmen merawat persatuan dan kesatuan bangsa.

"Mari berpolitik dengan tetap berkarakter ke-Indonesiaan, yakni penuh tatakrama, etika dan budaya Indonesia", kata Tjahjo.

Peradaban demokrasi yang berkarakter ke-Indonesiaan, yaitu demokrasi yang berbasis budaya dan etika yang dianut masyarakat Indonesia. Hal itulah yang menjadi kekuatan dan pembeda karakterisktik dari nilai demokrasi Indonesia dibandingkan praktik demokrasi bangsa-bangsa lain di dunia.

"Hoax adalah sumber penyakit sekaligus racun yang merusak peradaban demokrasi Indonesia dan bahkan lebih jauh dari itu bisa menjadi sumber konflik yang menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa", tegas Tjahjo.

"Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus bersatu menolak dan melawan hoax (berita bohong)," kata Tjahjo lagi.

Editor: Surya.