Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kepri Belum Terima Angka Jatah BBM
Oleh : Yoseph Pencawan
Rabu | 15-02-2012 | 12:05 WIB

BATAM, batamtoday - PT Pertamina Wilayah Kepulauan Riau hingga kini belum menerima angka resmi kuota bahan bakar minyak dari Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi untuk provinsi tersebut.

"Hingga saat ini belum ada data resmi yang diberikan ke kami, sementara penyaluran bahan bakar minyak (BBM) sesuai dengan rata-rata kuota pada 2011," kata I Ketut Permadi, Manajer Penjualan Pertamina Wilayah Kepulauan Riau, Rabu (15/2/2012).

I Ketut Permadi mengatakan kuota BBM jenis solar untuk untuk kebutuhan SPBU di Kepulauan Riau mencapai 204.267 kilo liter pada 2011.

Sedangkan kuota premium mencapai 281.617 kilo liter pada 2011 dan sebagian besar diperuntukkan untuk Kota Batam.

Kuota tersebut termasuk premium dan solar untuk sektor transportasi laut.

"Mungkin kuota resmi baru akan turun setelah ada kepastian kebijakan pemerintah mengenai BBM bersubsidi," sambungnya.

Pemerintah Kota Batam sebelumnya memprediksi pada 2012 akan terjadi kenaikan kebutuhan BBM sebesar 15-16 persen dibandingkan 2011. Sehingga, tidak adanya penambahan kuota sampai pertenghan Februari membuat kelangkaan terjadi di Batam.

Upaya Pertamaina dan Pemerintah Kota Batam membuka SPBU nonsubsidi khusus bagi kendaraan industri juga tidak efektif. SPBU yang terletak di kawasan Baloi, Lubukbaja tersebut cenderung sepi pembeli.

Ahmad Hijazi, Kepala Dinas Perindustrian Perdaganagan Energi Sumber Daya Mineral (Disperindag dan ESDM) Kota Batam mengatakan pihaknya tidak memiliki Sumber Daya 

Manusia (SDM) dan kemampuan untuk mengawasi seluruh SPBU di Batam agar kendaraan industri mengisi di tempat yang telah ditentukan.

"Pemerintah daerah tidak alan mampu mengatasi kelangkaan jika selisih harga antara BBM nonsubsidi dengan subsidi terlalu jauh. Tidak mungkin petugas kami yang sangat terbatas mengecek sektiap kendaraan yang masuk ke SPBU," ujarnya.

Selama margin antara BBM nonsubsidi dan subsidi tetap tinggi diyakininya kelangkaan akan terus terjadi.

"Idealnya selisih antara BBM subsidi dan nansubsidi maksimal Rp2 ribu. Kalau dua kali lipat seperti sekarang tetap tidak akan diminati. Konsumen akan berupaya bagaimana caranya mendapat BBM bersubsidi," bilang Hijazi.