Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pungutan Pemantapan di SMP Negeri 11 Batam

Kepsek ke Malaysia Bersama Muslim Bidin, Wakil Tak Bisa Beri Penjelasan
Oleh : Gokli/Dodo
Sabtu | 11-02-2012 | 13:02 WIB

BATAM, batamtoday - Pihak Sekolah Menegah Pertama (SMP) Negeri 11 Batam belum bisa memberikan penjelasan terkait pungutan uang pemantaan sebesar Rp346.500 pada setiap siswa kelas IX. Pasalnya, Kepala Sekolah (Kepsek), Hernowo, sedang berada di Malaysia bersama Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Muslim Bidin.

"Maaf pak, Kepsek lagi di Malasiya sama Kepala Dinas sejak kemarin, jadi saya kurang kompeten untuk memberikan penjelasan," ungkap Manampe Purba, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 11, saat menjamu kedatangan wartawan, Sabtu (11/2/2012) siang. 

Sebelumnya, kata Manampe, pengadaan pemantapan belajar ini sudah sempat dihentikan lantaran banyak gejolak seperti yang terjadi di beberapa sekolah. Karena gejolak tersebut, makanya dibuat surat pemberitahuan kepada orang tua siswa untuk melanjutkan pemantapan belajar dan pungutan biaya. 

"Yang saya tahu seperti itu pak. Soalnya, dalam rapat kemarin saya juga tidak ikut lantaran ada urusan penting," katanya.

Selain itu, Manampe juga menambahkan, dari 240 siswa kelas IX yang terdiri dari enam lokal, dana yang sudah terkumpul sekitar 50 persen. Namun, jumlah nominalnya dia tidak sebutkan. 

"Itu saja yang saya tahu dari keterangan bendahara," sebutnya. 

Keterangan dari pihak Komite Sekolah juga belum bisa didapat lantaran ketua komite, Jhonson Siregar, sedang berada di Medan.

"Ketua komite juga lagi di Medan pak, jadi belum ada yang bisa memberikan penjelasan," tambah Manampe. 

Di sisi lain, Manampe menyebutkan, kehidupan perekonomian di daerah Batuaji mayoritas menengah ke bawah, dan yang menengah ke atas hanya minoritas. Terutama orang tua siswa di SMPN 11, termasuk kategori menengah ke bawah. 

"Di sini kalangan menengah ke bawah sekitar 80 persen, yang menengah ke atas paling sekitar 20 persen," tutur Manampe. 

Melihat kondisi seperti itu, pungutan biaya pemantapan ini seharusnya sudah tidak ada lagi. Tapi dalam kenyataannya masih tetap terjadi. 

"Kami tak tahu apa-apa, disuruh bayar ya kami bayar, meskipun kehidupan ekonomi orang tua saya pas-pasan," ujar salah seorang siswa yang namanya tidak disebutkan. 

Sama halnya dengan yang disampaikan salah satu orang tua siswa berinisal N, yang mengatakan biaya pemantapan itu terpaksa dibayarkan karena takut anaknya tidak mendapatkan perlakukan yang sama dengan siswa lainya. 

"Terpaksa saya bayar, takutnya anak saya tidak mendapat perlakuan yang sama dengan siswa lainnya," ujar N, orang tua siswa kelas IX.