Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pidato Jokowi di Forum IMF dan World Bank Dinilai Lemahkan Posisi Indonesia
Oleh : Irawan
Minggu | 14-10-2018 | 08:32 WIB
fadi_zon11.gif Honda-Batam
Wakil Ketua DPR Fadli Zon

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) di depan Indonesia Monetery Fund (IMF), yang menyatakan "kami bergantung pada bapak/ibu semuanya, para pembuat kebijakan moneter dan fiskal dunia untuk menjaga komitmen kerja sama global", dikritik Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon.

Pernyataan tersebut justru menunjukan sikap pemimpin negara yang lemah. Sebagai tuan rumah, mestinya posisi Indonesia diuntungkan untuk dapat menyampaikan masukan serta kritik terhadap IMF.

"Selain analogi 'Games of Thrones' tak relevan dengan situasi saat ini, jika disimak baik-baik, pidato Presiden Jokowi di forum IMF-World Bank Annual Meeting kemarin, justru menunjukkan ekonomi Indonesia itu lemah di tengah tantangan ekonomi global saat ini. Jika demikian, apa yang patut diapresiasi dari pidato tersebut?" kata Fadli Zon dalam keterangannya, Sabtu (13/10/2018).

Menurut dia, ada dua hal yang menjadi pertimbangannya dalam menilai pidato Presiden kemarin tak punya substansi penting bagi bangsa Indonesia di hadapan IMF.

"Pertama, pidato Presiden Jokowi di forum IMF, menyiratkan kecemasan akut. Sangat disayangkan di forum tersebut, sikap mental yang dipertontonkan Presiden justru mental inferior yang mengemis belas kasihan negara besar. Di sisi lain, pidato tersebut justru menunjukkan pemerintah Indonesia sedang tak percaya diri dengan arah kebijakannya dalam mengatasi kondisi rupiah yang terus terdepresiasi," katanya

Sejak rupiah menembus angka 14.000 per dollar, dia sudah mengingatkan agar pemerintah menghentikan drama 'rupiah baik-baik saja;. Kebobrokan ekonomi, lanjutnya, jangan ditutup-tutupi. Sekarang, ketika rupiah semakin terdepresiasi, dan tak dapat ditutup-tutupi lagi, pemerintah justru mengeluhkannya kepada IMF.

"Sehingga, saya melihat pidato Presiden kemarin, justru mencerminkan mental pemimpin kita yang inferior, karena kepercayaan dirinya yang terus terkikis," katanya.

"Kedua, sebagaian tuan rumah, seharusnya kritik terhadap IMF yang pernah disampaikan Presiden Jokowi di 2015 dalam momen peringatan Konferensi Asia-Afrika, dapat disampaikan langsung dalam forum tersebut. Di depan IMF dan para petingginya.

Isu ketidakadilan global, ketimpangan, serta kritikan Indonesia atas dominasi negara-negara besar dalam arsitek keuangan global, mestinya kembali disuarakan. Jika itu yang kemarin disampaikan, pidato Presiden patut di apresiasi.

"Lebih jauh, Presiden sebenarnya dapat memanfaatkan forum tersebut untuk mendorong agenda reformasi peran IMF dan WB yang semakin tidak relevan di era baru ini. Juga mendorong agar emerging markets diberikan porsi yang lebih luas dan strategis dalam organisasi IMF dan World Bank," katanya.

Editor: Surya