Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Banyaknya Politisi Kutu Loncat di Pemilu 2019 Telah Mengganggu Kinerja DPR
Oleh : Irawan
Jum\'at | 20-07-2018 | 08:28 WIB
amali_eva.jpg Honda-Batam
Ketua Komisi II DPR, Zainuddin Amali dan Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Ketua Komisi II DPR Zainuddin Amali mengatakan, mengatakan fenomena sejumlah kader yang memutuskan pindah partai pengusung untuk maju dalam Pemilu 2019 secara umum tidak akan mempengaruhi kinerja di parlemen. Namun, menurut dia dampaknya tetap ada, terutama bagi fraksi yang ditinggalkan karena kekurangan orang.

"Itu merupakan konsekwensi yang harus ditanggung. Memang sangat berpengaruh di fraksi yang ditinggalkan," ungkapnya di diskusi yang bertajuk Bacaleg Lompat Partai, DPR Banjir PAW, Ganggu Kinerja? di Media Center, Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (19/7/2018).

Amali mengatakan, DPR juga tidak bisa diproses dengan cepat ketika ada kader yang pindah partai. Zainuddin menjelaskan, aturan terkait kader yang masih menjabat kemudian pindah partai telah dibahas. Bahkan tertuang dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU).

Di mana, lanjutnya, mereka yang pindah partai tetap harus mengundurkan diri begitu sudah memiliki kartu tanda anggota dari pantai barunya. Setelah itu, partai dapat mengusulkan pengganti. Meski tak jarang terjadi, Zainuddin juga menilai fenomena kader yang pindah partai sangat masif tahun ini.

"Pasti ada penyebab yah kenapa kader itu mau pindah. Namun kita tidak bisa pungkiri tahun ini yang paling banyak terjadi," tandasnya.

Sebaliknya, Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari mengatakan, fenomena politisi kutu loncat yang belakangan semakin banyak terlihat dalam proses pendaftaran bakal calon legislatif (Bacaleg) Pemilu 2019, tidak hanya kinerja fraksi saja yang terganggu, tapi kinerja DPR secara keseluruhan.

"Omongan ideologi tidak relevan. Dari analogi teori imigrasi yang saya yakini, fenomena ini ada karena semata-mata kebutuhan untuk bertahan di dalam politik," ujar Eva.

Anggota Komisi XI DPR ini menambahkan, fenomena politisi kutu loncat juga secara tidak langsung mempengaruhi terhadap kinerja Parlemen ke depannya.

"Saya merasa sudah lama kinerja kita tidak terlalu bagus meskipun masuk ke politik walaupun tidak dengan migrasi atau transfer. Itu untuk mencapai kuorum di rapat-rapat saja sudah berat, jadi ditambah dengan migrasi yang luar biasa, ini akan bertambah tidak bagus, jadi bukan mengganggu tetapi nambah tidak bagus kinerjanya," pungkas Eva.

Editor: Surya