Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menyambut Berkah Ramadhan di Singapura

Tarawih Malam Pertama di Masjid Sultan
Oleh : Saibansah
Jum\'at | 18-05-2018 | 19:28 WIB
tarawih-masjid-sultan.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Suasana tarawih malam pertama Ramadhan di Masjis Sultan Singapura. (Foto: Saibansah)

TARAWIH pertama di Masjid Sultan Singapura, sungguh luar biasa. Tak hanya bagian utama masjid untuk jama'ah laki-laki saja yang penuh, tapi ruang jama'ah perempuan di lantai dua pun demikian. Bagaimana umat Islam Singapura menyambut Ramadhan? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah dari Singapura.

Rabu, 16 Mei 2018, langit Singapura cerah sumringah. Hingga azan maghrib bergema dari Masjid Sultan di Jalan Muscat 3, Kampong Glam Singapura, cuaca tetap bersahabat. Satu persatu umat Islam Singapura masuk ke dalam salah satu masjid terbesar di negeri singa itu.

Sholat maghrib berjama'ah didirikan. Ada lima barisan shaf jama'ah yang mendirikan. Tampak, mereka itu bukan hanya warga Singapura saja. Karena beberapa dari mereka meletakkan paspor di sajadah tempatnya bersholat. Maghrib kali ini terasa berbeda dari maghrib kemarin.

Malam ini, seusai sholat maghrib para pengurus masjid tampak lebih sibuk. Mereka tidak hanya menyiapkan dan merapikan sajadah bagi imam sholat. Diletakkan sebuah al qur'an berukuran lebih besar yang ditopang di atas tongkat besi. Itulah qur'an yang akan dibaca imam nanti saat tarawih.

Mereka juga menyalakan dupa wangi yang asapnya memenuhi bagian dalam masjid. Sementara itu, ada belasan lainnya membentuk kelompok melingkar di pojok bagian depan masjid. Mereka membaca al Qur'an secara bergantian. Terasa malam menyambut Ramadhan di masjid milik Sultan Johor Bahru Malaysia itu, begitu khitmad.

Arus jama'ah terus berdatangan. Bagian dalam masjid sekitar 25 shof pun penuh. Begitu juga dengan bagian selasar luar. Hingga akhirnya waktu sholat Isya' tiba. Dan sholat isya' pun didirikan dalam kondisi masjid yang penuh jama'ah, tapi tenang dan khusyu'. Tidak terdengar keriuhan suara anak-anak yang berisik berlarian atau menangis.

Seusai sholat isya', pengurus masjid menyampaikan pengumuman. "Sholat tarawih di Masjid Sultan ini akan dilaksanakan sebanyak 23 raka'at dan insya Allah pada akhir tarawih kita akan khatam 30 juz," ujar sang pengurus masjid.

Itu artinya, setiap malam, sang imam sholat tarawih akan membaca ayat sebanyak satu juz. "Sholat tarawih akan dipimpin oleh Ustadz Ismaul Azmi," lanjutnya.

Tidak ada kultum alias kuliah tujuh menit. Sholat tarawih pun didirikan. Para jama'ah mengikuti imam dengan khusyu'. Sampai dengan usai sholat tarawih ke empat, atau setelah delapan raka'at usai, formasi jama'ah langsung berubah. Sebagian jama'ah memilih mundur dan melanjutkan sholat witirnya sendiri-sendiri. Sedangkan jama'ah lainnya, melanjutkan sholat tarawih bersama imam masjid.

Inilah amaliah demokrasi yang terjadi di Masjid Sultan. Tidak ada yang 'bising' dengan pilihan jumlah tarawih. Bagi yang memilih 11 raka'at, silakan. Dan bagi yang mau 23 raka'at juga, monggo.

Menariknya, meski terbelah menjadi dua kelompok jumlah sholat tarawih, semua jama'ah mendapat jatah nasi bariyani gratis yang sudah dibungkus rapi, plus teh tarik hangat. Rupanya, di masjid ini ta'jil tidak hanya dibagikan secara gratis saat berbuka puasa saja, tapi juga seusai sholat tarawih.

Dan ratusan kursi dan meja pun sudah tertata rapi di bagian samping kiri masjid. Tempat para jama'ah menikmati hidangan nasi bariyani yang malam itu disajikan oleh restoran Al Azhar.

Indahnya berpuasa di Singapura.

Editor: Dardani