Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inovatif, Sulap Limbah Kayu Jadi Miniatur Menara dan Rumah Kudus
Oleh : Redaksi
Rabu | 02-05-2018 | 09:40 WIB
pengrajin.jpg Honda-Batam
Hariyanto saat mengerjakan miniatur Menara dan rumah adat Kudus (Sumber foto: detikcom)

BATAMTODAY.COM, Kudus - Hariyanto (45) terlihat sibuk saat ditemui di ruang kerjanya di Desa Bacin, RT 8, RW 3, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus. Tangan terampilnya sedang menyelesaikan bagian atap miniatur Menara Kudus.

Lantas, dia memasangnya pada bagian atas miniatur dengan lebih dulu mengoleskan lem, kemudian menempelkannya. Hati-hati, teliti, dan cekatan, menjadi modal penting merangkai kerajinan miniatur.

Sayup-sayup suara musik yang tak begitu merdu, mengalun dari ruang simpan kayu limbah. Ada sekitar puluhan kayu limbah berbentuk papan yang menunggu giliran untuk diolah. Sejumlah alat kerja macam mesin pengampelas, dan beberapa mesin lain terlihat masih kotor. Pertanda mesin usai dipakai si empunya.

"Begini buat miniatur Menara Kudus. Harus diolah semua bahannya. Kemudian direkatkan satu sama lain antarpotongannya. Lantas, ditempelkan satu persatu. Kuat rekatnya. Saya sudah uji itu," beber Hariyanto, Selasa (1/5/2018).

Pria yang akrab dipanggil Pak Cilik melanjutkan, kekuatan miniatur Menara hasil kerajinannya juga makin teruji karena bahan mentah yang dipakai. Pak Cilik memakai bahan mentah kayu limbah jenis jati dan mahoni. Jika tidak pakai kedua jenis kayu itu, maka kerajinannya mudah retak.

Kayu limbah sendiri memang dipakainya untuk membuat miniatur tersebut. Sebab dia prihatin jika kayu limbah tak dimanfaatkan, akan sayang. Maka ide pemanfaatan kayu limbah pun terbersit saat melihat banyak kayu limbah kurang termaanfaatkan di beberapa tempat di desanya. Seperti halnya di satu pabrik tahu di desanya.

Mulanya, pria dengan dua anak ini berpikir, hendak diapakan kayu limbah itu. Tiba-tiba gagasannya muncul yaitu membuat kerajinan miniatur dan rumah adat Kudus. Maka proses coba-coba dilakukan. Seingatnya itu mulai ditekuni sejak 2010. Setelah melewati proses percobaan, Hariyanto berhasil.

Hariyanto saat mengerjakan miniatur Menara dan rumah adat Kudus.Hariyanto saat mengerjakan miniatur Menara dan rumah adat Kudus. Foto: Akrom Hazami/detikcom

Ketekunannya mengantarkan Hariyanto menjadi pengrajin miniatur dan rumah adat yang serius. Mulanya, dia menjalaninya dengan separuh hati. Pesanan datang hanya satu dua kali dari tetangga, teman dan kerabat. Itu pun pada momen tertentu. Lambat laun, Hariyanto berpikir, jika tidak digeluti serius, maka hasilnya akan begitu saja. Serta pendapatannya juga tidak akan bertambah.

Pekerjaannya sebagai buruh bangunan pun ditinggalkan. Sejak saat itu, dia serius menjadi perajin miniatur Menara dan Rumah Adat Kudus. Jalan terjal di awal perjalanan ditemuinya. Tiap kali menitipkan hasil kerajinannya ke toko oleh-oleh atau penjual kerajinan, selalu ditolak.

"Saya enggak menyerah. Pokoknya terus saya keliling untuk menitipkan hasil kerajinan. Saya yakin jika rezeki sudah diatur. Asal mau berusaha," seru pria dengan banyak seni tato yang menghiasi badannya.

Waktu silih berganti. Hasil keuletannya berbuah. Saat ini, dia punya lima penjual kerajinan tangan yang siap menjajakan berapapun jumlah kerajinan miniatur menara. Bahkan kadang setiap para penjual datang ke tempatnya, dia harus menyembungikan kerajinannya agak tak diambil semuanya oleh satu penjual. Sebab masih beberapa pedagang yang juga akan mengambil kerajinannya itu.

"Untuk miniatur menara Kudus yang standar, mereka ambil dari saya dengan harga Rp 47 ribu. Nanti mereka jualnya kadang Rp 70 ribu. Kadang bisa Rp 100 ribu," bebernya.

Ukuran miniatur yang dikerjakannya mulai dari tinggi 15 cm, 25 cm, hingga 50 cm. Dengan harga mulai Rp 20 ribu sampai Rp 250 ribu.

Para pengepul biasanya menjualnya ke wilayah Kudus dan sekitarnya. Sekarang, hampir setiap saat dia mendapat pesanan. Rata-rata pesanannya 200 buah miniatur Menara Kudus. Kadang ada pesanan dari luar kota, seperti Jakarta dan kota besar lainnya. Pemasaran yang dilakukan sejauh ini dilakukan dengan cara online dan dari mulut ke mulut.

"Saya otodidak semuanya. Saya kerjakan bareng istri. Istri membantu saya untuk bagian yang gampang saja," ucap Hariyanto.

Hariyanto saat mengerjakan miniatur Menara dan rumah adat Kudus.Hariyanto saat mengerjakan miniatur Menara dan rumah adat Kudus. Foto: Akrom Hazami/detikcom

Nur Hidayah (35) mengungkapkan, dia selalu membantu pekerjaan suaminya setiap saat.

"Seperti halnya mengerjakan pengeleman antarrangkaian miniatur," kata Nur.

Saat ini, selain mengerjakan miniatur menara dan rumah adat, juga mulai mengerjakan kerajinan miniatur Kapal Pinisi dari bahan akrilik. Hal itu telah dilakukannya beberapa waktu terakhir.

Sumber: detik.com
Editor: Udin