Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

39 Persen Mahasiswa Terpapar Paham Radikal
Oleh : Redaksi
Minggu | 29-04-2018 | 12:32 WIB
Kepala-bin-BG.jpg Honda-Batam
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Budi Guniawan. (Foto: JPNN)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Sebanyak 39 persen mahasiswa di Indonesa sudah terpapar paham radikal. Bahkan, tiga universitas kini menjadi perhatian khusus karena bisa menjadi penyebaran paham radikal.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Budi Guniawan saat berbicara dalam Kongres IV BEM PTNU se-Nusantara di kampus Unwahas Semarang Jawa Tengah, Sabtu (28/4).

Menurut Budi Gunawan, dari riset BIN tahun 2017 diketahui 24 persen mahasiswa dan 23,3 persen pelajar SMA sederajat setuju dengan tegaknya negara Islam di Indonesia. "Ini bisa mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini," kata Budi Gunawan.

Dari survei BIN tahun 2017 itu, lanjut Budi Gunawan, diketahui pula 39 persen mahasiswa di Indonesia sudah terpapar paham radikal. "39 persen mahasiswa terpapar paham radikal. Ada 15 provinsi yang jadi perhatian kita dan terus amati pergerakannya," tandas Budi.

Budi Gunawan juga menyebutkan ada tiga universitas yang menjadi sorotan BIN karena berpotensi menjadi basis penyebaran paham radikal. Meski demikian Budi tidak menjelakan ada di mana universitas itu. "Ada 3 perguruan tinggi yang sangat jadi perhatian kita karena kondisinya bisa jadi basis penyebaran paham radikal," tegasnya.

Mahasiswa, lanjut Budi, memang sering dijadikan target penyebaran paham radikal oleh pelaku-pelaku terorisme. Mereka jadi target cuci otak kemudian dicekoki pemahaman-pemahaman teroris. "Kampus jadi lingkungan menjanjikan bagi pengusung paham radikal dan menjadikan mahasiswa sebagai target brain wash dengan manfaatkan kepolosoan mahasiswa," terangnya.

Dijelaskan, salah satu mahasiswa yang terjebak dalam paham itu dan menjadi teroris yaitu Bahrun Naim. Budi menjelaskan Bahrun Naim mulai melibatkan diri dengan paham radikal ketika menjadi mahasiswa di Surakarta atau Solo dan sekitarnya.

"Contoh Bahrun Naim, pemuda yang melibatkan diri dengan radikalisme sejak kuliah. Kondisi ini tentu menegaskan kampus menjadi target kelompok radikal untuk ekspansi ide, ideologi, brain wash," katanya.

Untuk itu, ia berharap para mahasiswa harus mampu mencegah pemahaman radikal agar tidak mempengaruhi mereka. Mahasiswa harus paham mana yang baik dan buruk.

Sumber: Jawa Pos
Editor: Dardani