Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mister 'Cepek', Korban Salah Komunikasi Transfer Pemain
Oleh : Redaksi
Sabtu | 31-03-2018 | 19:03 WIB
mister-cepek.jpg Honda-Batam
Indriyanto Nugroho menilai transfer Rp100 terjadi karena adanya kesalahan komunikasi antara Arseto Solo dan Pelita Jaya. (CNN Indonesia/Andito Gilang Pratama)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Para pecinta sepak bola saat ini barangkali tidak begitu familier dengan sosok dan kisah perjuangan Indriyanto Nugroho. Penyerang Timnas Indonesia era 1990-an tersebut merupakan pemain yang pernah merasakan transfer kontroversial dengan nilai hanya Rp100.

Jalan cerita dari transfer tersebut, menurut Indriyanto, berasal dari kesalahan komunikasi antara klub Arseto Solo dengan Pelita Jaya. Saat itu Indriyanto baru pulang dari Italia usai menjalani program PSSI Primavera selama dua tahun sejak 1993.

"Pada 1995 saya berpikir, 'Setelah Primavera, mau ke mana?' Kan begitu? Saya sebagai pemain profesional, paling tidak memiliki kemampuan. Waktu itu memang saya bermain untuk Diklat Arseto," kata laki-laki 41 tahun tersebut.

"Akan tetapi di AD/ART [Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga] PSSI, pemain diklat itu bebas menentukan pilihannya sendiri asalkan tidak ada paksaan dari pihak manapun. Waktu itu saya sudah berusaha untuk kembali ke Arseto," ucap Indriyanto.

Di kesempatan yang berbeda Indriyanto juga menjalin komunikasi dengan Pelita Jaya. Ketika itu ia menilai Pelita Jaya yang paling intens menjalin komunikasi.

"Saya sudah berusaha untuk datang ke Arseto, tapi ternyata tidak ada komunikasi. Ya saya memutuskan untuk mengambil keputusan ke Pelita Jaya. Nah, setelah saya di Pelita Jaya sudah tanda tangan kontrak dan dapat semuanya, ketika hari H mau bertanding muncul kasus Rp100 itu," ucap Indriyanto.

"Sempat shock dan down juga ya, kok ada hal seperti itu? Sebenarnya [transfer Rp100] itu tidak ada, itu hanya istilah saja. Istilah untuk bagaimana meruntuhkan motivasi dan karier saya," ujar Indriyanto.

Waktu itu Indriyanto mengaku tidak bisa apa-apa. Indriyanto pun kemudian mendapat julukan Mister Cepek akibat transfer Rp100 itu.

Indriyanto kemudian mengabarkan kepada orang tuanya dan mengatakan nilai transfer itu adalah dorongan motivasi. Ia berjanji nilai transfer Rp100 itu akan ia bayar dengan prestasi.

"Setelah muncul Rp100, banyak sekali [cobaan]. Setiap saya selesai bermain dilempari koin Rp100. Itu saya hanya berdoa kepada Tuhan, 'Tolong jaga saya, dan siapa pun yang berbuat seperti ini dijaga kesehatannya.' Ternyata setelah dua tahun berjalan, masih ada polemik-polemik seperti itu," ujar Indriyanto.

"Tapi, saya jawab dengan prestasi. Walau Pelita Jaya tidak juara [kompetisi], saya buktikan prestasi tersebut dengan terpilih masuk ke skuat Timnas Indonesia. Saya tunjukkan di Piala Asia, SEA Games 1995, dan saya akhirnya menjadi bagian dari Timnas Indonesia di Piala Asia 1996," ucap Indriyanto.

Dua tahun setelah Indriyanto pindah ke Pelita Jaya, Arseto membubarkan diri. Indriyanto menduga Arseto bubar karena masalah finansial.

"Akan tetapi, paling tidak ini pembelajaran untuk semuanya bahwa kalau kita sudah diremehkan orang, jangan kita balas. Namun, bagaimana kita membalasnya dengan prestasi, bukan dengan kata-kata. Dan akhirnya apa? Puji Tuhan saya bisa seperti ini karena saya punya kekuatan dari keluarga, teman," tutur Indriyanto.

"Jadi transfer Rp100 itu hanya simbolis saja dan yang memproduksi sebenarnya [pihak] yang sakit hati atau apa pun. Tapi itu hanya masa lalu. Masa lalu ya sudahlah, saya menatap masa depan," ujar Indriyanto.

Indriyanto juga tidak menilai transfer 100 perak itu sebagai aib melainkan motivasi untuk jadi lebih kuat.

"Banyak orang [pemain] yang diejek, berakhir tidak bisa bermain sepak bola. Kalau saya, tidak. Saya bermain dengan hati, kekuatan, kemampuan, dan motivasi."

"Di balik itu teman-teman yang mendukung saya lebih banyak. Jadi ini alasan saya untuk maju, tetap membesarkan sepak bola Indonesia agar lebih baik," ucap Indriyanto.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Udin