Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dua Penyidik KPK Disebut Bernasib Seperti Novel
Oleh : Redaksi
Rabu | 14-03-2018 | 09:14 WIB
novel-baswedan.jpg Honda-Batam
Penyidik KPK Novel Baswedan, di Jakarta, beberapa waktu lalu. (Sumber foto: CNN Indonesia)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Anggota tim advokasi Penyidik KPK Novel Baswedan, Alghiffari Aqsa, mengatakan bahwa ada sejumlah penyidik KPK yang mendapat penyerangan serupa yang dialami oleh Novel.

"Ternyata pegawai KPK lain ada dua orang disiram dengan air keras dan perusakan barang terkait menyelidik orang kuat," kata dia, di kantor Komnas HAM, Jakarta, Selasa (13/3) malam.

Aqsa menerangkan bahwa dua penyidik tersebut diserang sebelum insiden Novel pada tahun 2017. Kejadian itu sudah dilaporkan ke pihak kepolisian.

Namun, hasilnya nihil sama seperti kasus Novel. Aqsa mengatakan harusnya polisi lebih bertanggung jawab atas kasus-kasus yang menyerang penyidik KPK.

"Ada beberapa yang dilaporkan kepada kepolisian tapi tidak tuntas juga. Harusnya ini menjadi tanggung jawab kepolisian," ujar dia.

Aqsa enggan membeberkan lebih detail terkait penyerangan dua penyidik KPK tersebut. Dia memilih agar KPK lah yang membuka informasi lebih soal kronologi penyerangan.

"Publik berhak tau apa ancaman dan bagaimana modus serta penyelesaiannya. Apa diselesaikan juga dan mngenai kasus yang ditangani itu lebih baik ditanyakan ke KPK," tegas dia.

Aqsa dan anggota tim kuasa hukum Novel lainnya berharap agar kasus penyerangan berhenti kepada Novel. Sebab, masih banyak kasus korupsi di Indonesia yang perlu diselidiki.

"Mas Novel bilang berani memberantas korupsi. Permasalahan korupsi masalah sangat luar bisa. Apa yang tersedia di publik hanya sekian persen sehingga butuh institusi yang kuat dan konsisten memberantas korupsi," tutup dia.

Seperti diketahui, pada Selasa (13/3) Novel dimintai keterangan oleh Tim Pengawas Novel Baswedan Komnas HAM. Selama tujuh jam pemeriksaan Novel ditanya 23 pertanyaan seputar kronologi penyerangan sampai dengan nama yang dicurigai sebagai otak penyerangan.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Udin