Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Catatan Sepekan BATAMTODAY.COM di Korea

Syiar Pekerja Indonesia di Korea Selatan
Oleh : Saibansah
Sabtu | 23-12-2017 | 17:26 WIB
aji_surya_kbri_korea.jpg Honda-Batam
Minister Counsellor KBRI Korea Selatan, Aji Surya. (Foto: Saibansah)

PARA pekerja Indonesia di Korea Selatan, tidak disebut TKI, tapi PMI, Pekerja Migran Indonesia. Tidak seperti rekan mereka yang disebut TKI di sejumlah negara, para PMI itu sangat beruntung. Selain bergaji tinggi, mereka juga dapat menjalankan syiar Islam. Bagaimana kehidupan para PMI di Korea Selatan itu? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani.

Saat ini, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul Korea Selatan, mencatat sebanyak 40 orang warga negara Indonesia yang bekerja di negeri gingseng itu. Mayoritas mereka bekerja di sektor-sektor industri sebagai operator. Di sini, rata-rata setiap bulan, mereka mendapat gaji dan upah lembur sebesar Rp 15 juta.

Sedangkan bagi pekerja yang memiliki skill khusus, seperti tukang las, dalam sebulan mereka bisa mendapat gaji dan upah lebur hingga Rp 30 juta. Selain gaji dan upah lembur itu, mereka juga mendapat sejumlah fasilitas. Diantaranya adalah, makan dua kali sehari, tempat tinggal gratis, jaminan kesehatan dan asuransi kecelekaan kerja.

"Pokoknya, para pekerja migran di Korea Selatan ini disamakan dengan hak dan kewajiban pekerja lokal. Jadi, para pekerja Indonesai di Korea Selatan inilah yang paling beruntung dibandingkan dengan TKI lain di negara lain," ujar Minister Counsellor KBRI Korea Selatan, Aji Surya.

Baca: Dari Diplomasi Kopi ke Agen Perdamaian

Alumni Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur itu juga mengungkapkan, para pekerja Indonesia di Korea Selatan ini memiliki kehidupan sosial yang baik. Meskipun mereka fokus dengan pekerjaan sehari-hari, mereka juga masih berkesempatan membangun kegiatan sosial keagamaan.

Saat ini, pekerja Indonesia di Korea ini menyewa tempat-tempat untuk dijadikan masjid komunitas dan juga gereja. Saat ini, pekerja Indonesia memiliki 57 masjid dan 17 gereja. "Dari jumlah itu, empat masjid telah dibeli oleh para pekerja Indonesia," tambah Aji Surya.

Padahal, lanjut mantan wartawan itu lagi, harga sewa gedung dan tanah di Korea Selatan ini tidak murah. Untuk membeli empat gedung tersebut, mereka bergotong-royong patungan hingga terkumpul miliaran rupiah. Itulah yang mereka tinggalkan sebagai kenang-kenangan saat mereka telah kembali ke Indonesia.

Dalam hitung-hitungan kasar, para pekerja Indonesia tanpa skill khusus, dengan kontrak 5 tahun, mereka dapat mengumpulkan uang hampir Rp 1 miliar. Karena mereka tidak perlu membelanjakan gaji mereka untuk makan tiga kali sehari. Sebab, dua kali makan sudah ditanggung oleh perusahaan. Praktis mereka hanya perlu mengeluarkan uang untuk sekali makan.

Sementara itu, salah seorang pekerja Indonesia asal Surabaya Jawa Timur bernama Juli, kepada BATAMTODAY.COM mengungkapkan, dirinya bekerja di sebuah perusahaan pembuat klakson mobil. Dirinya memdapat makan dari perusahaan yang menunya berganti-ganti setiap hari.

"Kalau hari Senin itu menunya ayam. Kalau pas menu ayam itu saya paling senang, karena karyawan Korea gak suka makan ayam, jadi kami yang menghabiskan," tutur Juli.

Selama bekerja di Korea, lanjut pria asal Surabaya itu lagi, tenaga mereka begitu dihargai oleh manajemen perusahaan tempatnya bekerja. Sehingga, penghasilannya pun cukup lumayan. Meski hanya bekerja selama lima bulan, namun Juli sangat terkesan dengan bekerja di negeri gingseng itu.

"Saya pulang pas musim gugur, sudah mulai dingin sebentar lagi turun salju," kenangnya lagi.

Editor: Dardani