Warga Sekitar Pencucian Pasir Ilegal Panglong Keluhkan Debu dan Jalan Berlumpur
Oleh : Hadli
Rabu | 05-10-2016 | 14:02 WIB
jalan-berlumpur-di-depan-RS-Bhayangkara.gif

Lokasi depan Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kepri menuju lokasi pencucian pasir ilegal, berlumpur saat hujan (Foto: Hadli)

BATAMTODAY.COM, Batam - Masyarakat yang tinggal di sekitar perumahan Permata Bandara, khususnya yang berada di sekitar penambangan pasir ilegal Panglong, Batubesar atau tepatnya di depan Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kepri, meresahkan aktivitas pencucian pasir di eks penambangan yang "direstui" Pemerintah Daerah.

Penambang pasir ilegal tengah melakukan pencucian pasir di Panglong, Batubesar (Foto: Hadli)

"Sudah puluhan tahun lokasi ini menjadi penambangan pasir ilegal. Tapi sepertinya semenjak pemerintah membiarkan dilakukan pencucian pasir dari tanah, kalau panas berdebu, saat hujan turun jalan berlumpur," kata Usman warga sekitar, Rabu (5/10/2016).

Tanah mengandung pasir yang dibawa, dicurahkan ke lokasi penambangan yang telah menjadi danau. Selanjutnya tanah berasal dari pemotongan lahan (cut and fill) sekitar Batubesar dan Sambau, diisap kembali.

"Pasir diisap layaknya aktivitas penambangan pasir ilegal dan dijual kembali ke penadah, yang tersisa di danau hanya lumpur," ujarnya.

Proses pencucian pasir di Panglong, Batubesar (Foto: Hadli)

 Dia mengatakan, untuk menuju ke lokasi pencucian pasir ini, hanya bisa melalui Simpang SMUN 3. Saat Dam Truk mengangkut tanah ke lokasi, debu tanah tersebut berterbangan dan berjatuhan. Sehingga pada saat hujan, jalan dipenuhi kelumpuhan.

"Lokasi yang terparah kalau hujan depan Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kepri. Tapi saat panas kami masyarakat yang ada semua di sini menghirup debunya. Orang yang untung kami yang kena penyakit," tutur pria 38 tahun ini.

Tumpukan pasir kuning ini hasil pencucian tanah (Foto: Hadli)

Hal senada juga disampaikan Udin. Namun menurut dia, Dam Truk yang melintas juga merusak aspal yang dibangun pemerintah. Pasalnya, kekuatan aspal yang dibangun bukan untuk lalu lintas kendaraan dam truk.

"Selain penyakit dan jalan berlumpur, jalan juga mengalami kerusakan. Banyangkan aja kendaraan dengan bobot puluhan ton itu melintas dengan kecepatan tingggi. Awalnya aspal bergelombang lama-lama hancur karena dilindas terus," tuturnya.

Menurut warga, permasalahan ini tidak akan selesai jika hanya satu insitusi yang melakukan penertiban, karena ada oknum yang terlibat dari aktivitas ilegal tersebut. Semua unsur Muspida, TNI-Polri menurut mereka, harus turun tangan bersama melakukan penghentian.

Editor: Udin