Alasan ATB Enggan Jajaki SWRO di Batam

Selain Biaya Operasional Mahal, Air Laut yang Disuling Tak Miliki Mineral
Oleh : Roni Ginting
Kamis | 10-03-2016 | 12:05 WIB
IMG_2270.JPG
IPA Duriangkang yang menjadi andalan ATB untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Pulau Batam.(Foto : Rini Ginting)

BATAMTODAY.COM, Batam - Alasan lain PT Adhya Tirta Batam (ATB) enggan mengolah air laut menjadi air layak konsumsi karena air laut yang disuling tidak memiliki mineral sama sekali, selain biaya operasional yang tinggi sehingga berdampak terhadap harga air permeter-kubiknya 

Corporate Communication Manager ATB Enriqo Moreno mengungkapkan, ATB masih enggan memanfaatkan Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) karena air sulingan tersebut tidak hanya tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau, namun juga tidak berguna sama sekali karena sudah tidak ada mineralnya.
 
"Selain biaya investasi untuk infrastruktur SWRO cukup tinggi, air laut yang diolah menjadi air layak konsumsi juga tidak memiliki mineral yang diperlukan tubuh. Untuk menambahkan mineral yang dibutuhkan tubuh dari air, pengelola harus menambahkan mineral ke air olahan tersebut," ujar Enriqo, Kamis (10/3/2016).
 
Enriqo melanjutkan, saat ini mengolah air laut menjadi air layak konsumsi belum menjadi pilihan. Perusahaan air minum tercanggih di Indonesia tersebut masih memilih untuk mengolah air hujan yang ditampung di lima Dam menjadi air bersih.

"Apalagi bila pola konsumsi pelanggan ATB masih sama seperti saat ini, cadangan air baku yang ditampung di lima Dam diperkirakan masih cukup untuk dua tahun kedepan," tuturnya.
 
Ia juga mengatakan, bila Dam Tembesi yang saat ini masih dalam proses desalinasi alami sudah beroperasi tahun depan, akan ada tambahan cadangan air baku sekitar 600 liter/detik. Saat ini cadangan air baku di Batam 3.850 liter/detik, setelah Dam Tembesi beroperasi, diharapkan cadangan air baku di Batam menjadi 4.450 liter/detik.

"Bila cadangan air baku bertambah dan penggunaan air di Batam sama seperti pola konsumsi saat ini,  air baku di Batam akan cukup hingga tahun 2022," tutupnya.

Editor : Udin