Hikayat Kampung Aceh yang Tak Kunjung Tamat
Oleh : Harun Al Rasyid
Jum'at | 19-02-2016 | 15:41 WIB
kampung-aceh-razia....jpg
"Ikan teri" hasil tangkapan operasi Polda Kepri dan Polresta Barealang di Kampung Aceh Batam. (Foto: Dok Batamtoday.com)

KAMPUNG ACEH. Siapa yang tak tahu? Semua orang Batam, bahkan di sebagian wilayah Indonesia, tahu persis pemukiman penduduk dengan rumah-rumah liar itu. Kampung ini seolah menyimpan sejuta misteri. Apa sajakah itu? Berikut hasil investigasi wartawan BATAMTODAY.COM, Harun Al Rasyid. 


Letaknya persisi di pinggir Jalan Raya R. Suprapro, tepatnya di Mukakuning, Kecamatan Seibeduk, Kota Batam. Tempat ini menjadi sarang pengedar narkotika dan obat-obatan terlarang di Batam. Semua jenis narkoba teredia di sini. Tidak hanya pemakai, pengedar dan bahkan (bisa jadi) pembuat narkoba juga ada. 

Tapi, tahukah anda, setiap kali dilakukan penggerebekan oleh aparatur penegak hukum, tidak pernah berhasil menyentuh pengedar, apalagi pembuatnya. Paling hanya mendapatkan segelintiran pemakai, dan itu pun wajah-wajah lama alias pemain lama. Ibarat pepatah, "panas-panas tai ayam". 

Seperti yang terjadi pada Selasa, 16 Februari 2016 sekitar pukul 08.30 WIB lalu. Penggerebekan yang dilakukan oleh Polda Kepri bersama Badan Narkotika Nasional (BNN) Kepri, ditambah puluhan personel dari Polresta Barelang dan Brimob Polda Kepri hanya mendapatkan bandit-bandit kelas teri saja.

Ya, jika diibaratkan nelayan, mereka hanya mendapatkan ikan-ikan kecil. Sementara penguasa "laut" Kampung Aceh bebas berenang ke "darat". 

Mau tahu berapa tersangka yang diamankan setelah dilakukan penggerebekan? 17 orang tersangka saja dan itu pun mereka yang hanya memakai barang haram tersebut. Bukan pengedar atau pun juga produsennya. Mirisnya lagi, diantara tersangka itu ternyata ada yang pernah digrebek sebelum ini.  

Seperti diungkapkan Is (28), sebelum terjaring operasi ini ia sudah pernah meringkuk dalam mobil polisi. Ketika itu jajaran Polresta Barelang, dan Brimob Polda Kepri yang tergabung dalam Tim Operasi Antik 2015  menggerebek Kampung Aceh, Mukakuning pada Jumat (6/11/2015) tahun lalu. Dia hanya di masuk kan kedalam mobil polisi, lalu dibawa ke Polresta, selanjutnya sudah, habis perkara. 

"Selalu diangkut, nanti juga dibalikin lagi. Kemarin kayak gitu juga," ucapnya kepada BATAMTODAY.COM, Selasa (16/2/2016). 

Selain Is, masih ada satu nama lagi yang juga ditangkap di tempat yang sama karena positif menggunakan narkotika jenis sabu. Az (32) berujar sudah hampir 3 kali ditangkap namun tak butuh waktu lama dirinya mendekam di ruang penampungan Polresta Barelang. 

"Pernah dibawa ke sana (Polresta Barelang, red), didata terus dipulangkan," ujarnya dengan nada polos dan ringan. 

Penggerebekan di Kampung Aceh laksana memotong pucuk daun alang-alang. Begitu dipotong tak lama muncul kembali tunas baru. Tak perlu musim hujan. Transaksi narkoba di Kampung Aceh seperti siput, menyembunyikan tubuhnya di balik cangkang yang keras. 

Ketika sang panglima datang, para bandar besar berlari seperti cicak, tinggalkan ekornya bergelit-gelit di tanah. Sedangkan sang cicak lari ke atas plafon. 

Bagitulah gambaran di balik hikayat Kampung Aceh, surganya para pemakai dan pengedar narkoba di Batam. Bahkan Sl, seorang kakek yang tinggal tak jauh dari lokasi berkumpulnya pemain-pemain itu, pun pesimis dengan hasil yang didapatkan pada penggerebekan itu.

Pesimisnya cukup beralasan. Bakalan tidak mendapatkan ikan besar jika jauh-jauh hari sebelum dilakukan operasi gabungan, lampu news flash mobil polisi sudah terdengar di telinga bos besar penguasa kampung itu. Sedikit nyelentik dengan usaha yang dilakukan para penegak hukum Provinsi Kepri dalam pemberantasan narkoba. 

"Kalau jauh-jauh datang hanya untuk tangkap yang begituan (pemakai saja, red) mah tak perlu repot-repot datang ke sini. Di hotel-hotel banyak. Yang ditangkap itu cuma orang-orang yang sama," ucap Sl yang terlihat bersama warga ikut menyaksikan operasi narkoba. 

Ucapan itu hampir sama dengan nada ketus yang terlontar dari bibir seorang anggota polisi di bawah naungan Polresta Barelang. Setelah melihat beberapa gambar bukti hasil penggerebekan raut wajahnya langsung berkertu. Sambil menggeleng-geleng kepala ia mengatakan, "Ini informasinya sudah bocor, yang didapatkan cuma ini," kata polisi berpangkat Ipda ini sambil mematikan tombol HP-nya. 

Mungkin saja, bagi Sl dan anggota polisi ini, acara tersebut tak jauh kelasnya dengan acara seremonial biasa yang bersifat formalitas. Asal terlihat kerja, yah sudah, habis barang itu. Dan itu terbukti memang, ketika BATAMTODAY.COM, mengunjungi Kapung Aceh setelah dua hari pasca penggerebekan. 

Di sana-sini sudah ada orang menjajakan barang haram itu dan suasananya seperti tak ada pernah terjadi apa-apa. Aktivitas perdagangan pun dilanjutkan kembali. "Mau beli barang bang? Butuh berapa banyak," ujar Sam, seorang lelaki berbadan kurus saat BATAMTODAY.COM baru beranjak sekitar 50 meter dari jalan protokol R Suprapto, Kamis (18/2/2016). 

Sam menawarkan bungkusan bening itu dipatok seharga Rp250 ribu hingaa Rp300 ribu. Di balik dompet pria dengan rambu acak-acakan itu mash terselip beberapa plastik kecil. 

Tak jauh dari lokasi berdiri, tampak hujaman tajam pandangan mata kawanan yang lain menerawang, sembari menggangukan kepala dengan maksud memberikan kode transaksi. Tapi kali ini muncul sebuah pertanyaan yang lebih seperti interogasi. 
Maklum saja, kampung ini lebih modern dengan memberlakukan pemasangan CCTv ke beberapa titik lokasi untuk memantau pergerakan pengunjung. 

"Cari siapa bang? Sini bang, mau belanja yah bang," ujar seorang dari bilik rumah dari kayu yang sedang bersantai ria dengan beberapa kawannya. 

Entah karena sudah terbiasa ataukah memang penyakit di Kampung Aceh sudah tak punya obat mujarab. Jika dilihat dari aktivitas transaksi narkoba yang demikian kentalnya. Maka warga sulit untuk mengamini apa yang disampaikan Kapolresta Barelang saat ini, Kombes Pol Helmy Santika setelah penggerebekan. 

"Kita bisa melihat data dari penggrebekan yang dilakukan sebelumnya, dengan hasil penggerebekan yang dilakukan pagi tadi, jauh mengalami penurunan. Pelaku yang diamankan hanya 16 orang. Sedangkan sebelumnya mencapai puluhan orang. Ini menandakan bahwa pergerakan kriminalitas di lokasi itu jauh menurun," ujar Kapolresta Barelang, Komisaris Besar Helmy Santika, Selasa (16/2/2016).

Padahal, beberapa warga yang ditemui BATAMTODAY.COM, merasa tidak ada sedikitpun aroma yang berbeda sebelum dilakukan penggerebekan maupun pasca penggerebekan. Situasi kembali normal, yang berdagang silahkan menjual barang dagangannya, dan yang beli boleh menawar barang sesuai kesepakatan. 

Begitu 'ijab kabul' selesai, boleh langsung dibungkus dan bawa pulang atau mau langsung dihidangkan di lokasi juga dipersilahkan. Semuanya aman terkendali. 

"Ah sama saja pun. Mau digrebek ataupun tidak, di sini tetap seperti gitu tak ada yang berubah. Kalau di sini yang begitu kerjaanya, mau kerja apa lagi," ujar salah satu warga tanpa menyebutkan namanya. 

Lantas, harus seperti apa dan bagaimana lagi cara agar menimbulkan efek jera bagi para pelaku. Kapolda Provinsi Kepri, Brigjen Sam Budigusdian, setelah pagelaran mengatakan, ke depan akan berkomunikasi dengan pihak Pemerintah Kota (Pemko) Batam dalam hal ini Badan Pengusaha (BP) Batam sebagai tuan tanah untuk merelokasi Kampung Aceh. 

"Kita menghimbau kepada BP Batam, Pemko Batam dan meminta untuk merelokasi tempat ini. Kita berkomitmen dengan beberapa elemen, TNI dan Polri, kawasan ini harus bersih kita bangun dan buat masjid yang mega di depan," kata Kapolda Budigusdian. 

Semoga saja wacana relokasi Kampung Aceh itu dapat segera mengakhiri kisah Kampung Aceh. Agar hikayat Kampung Aceh segera tamat, dan tidak hanya memindahkan hikayatnya ke kampung relokasi.

Editor: Dardani