Tekanan Inflasi Kepri Meningkat di Desember 2015
Oleh : Roni Ginting/Rilis
Rabu | 06-01-2016 | 10:47 WIB
inflasi.jpg

BATAMTODAY.COM, Batam -Tekanan inflasi Kepri meningkat pada Desember terutama disebabkan oleh kenaikan harga komoditas volatile food. Inflasi Kepri (gabungan Kota Batam dan Tanjungpinang) sebesar 0,97% (mtm), lebih tinggi dibanding bulan lalu sebesar 0,47% (mtm) dan nasional 0,96% (mtm).

"Dengan demikian, inflasi Kepri pada 2015 mencapai 4,40% (yoy), lebih tinggi dibanding inflasi nasional 3,35% (yoy), namun masih dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia 2015 sebesar 4%±1%," kata Gusti Raizal Eka Putra, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepri.

Berdasarkan kota, inflasi Batam melaju di atas nasional dengan inflasi sebesar 0,99% (mtm) atau 4,73% (yoy), sedangkan inflasi Tanjungpinang sebesar 0,86% (mtm) atau 2,46% (yoy), lebih rendah dari nasional.
 
Kelompok volatile food menjadi penyumbang terbesar inflasi Desember. Inflasi volatile food mencapai  4,01% (mtm), meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 2,20% (mtm). Tekanan harga komoditas volatile food diperkirakan dipengaruhi oleh menurunnya pasokan terutama komoditas cabai merah, bayam, dan bawang merah, seiring dengan berakhirnya masa panen, sementara tingkat permintaan pada akhir tahun cenderung meningkat. 

"Secara keseluruhan tahun, inflasi volatile food juga tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 10,15% (yoy), dipengaruhi oleh penurunan pasokan domestik karena El Nino," terangnya.
 
Inflasi inti sebesar 0,15% (mtm), meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 0,01% (mtm). Tekanan inflasi inti terutama bersumber dari kelompok makanan jadi, dipengaruhi penyesuaian harga oleh produsen sejalan dengan lonjakan harga bahan makanan dalam beberapa bulan terakhir (beras, cabai merah, bayam). Secara keseluruhan tahun, inflasi inti relatif rendah sebesar 3,32% (yoy), ditopang oleh ekspektasi inflasi yang terjaga. Hal tersebut tidak terlepas dari peran kebijakan Bank Indonesia dalam mengelola permintaan domestik, menjaga stabilitas nilai tukar, dan mengarahkan ekspektasi inflasi.
 
Sementara Inflasi administered prices sebesar 0,42% (mtm), meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 0,18% (mtm) yang didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara sejalan dengan musim liburan dan kenaikan harga bahan bakar rumah tangga (LPG) diperkirakan karena kenaikan permintaan pada akhir tahun. Untuk keseluruhan tahun, inflasi administered prices juga relatif rendah sebesar 2,26% (yoy), yang ditopang oleh penurunan harga BBM oleh pemerintah beberapa kali pada 2015, sejalan dengan penurunan harga minyak dunia. Rendahnya realisasi inflasi administered prices 2015 juga disebabkan oleh hilangnya base effect dari kenaikan harga BBM pada November 2014.
 
"Pada 2015, inflasi Kepri diperkirakan berada pada sasaran inflasi 2016, yaitu 4%±1%," ujarnya.

Meski demikian, terdapat beberapa risiko inflasi yang perlu dicermati dan diantisipasi sedini mungkin, antara lain musim angin utara yang masih akan berlangsung pada awal tahun berpotensi menggangu aktivitas distribusi barang dan penangkapan ikan, nilai tukar diperkirakan masih akan mendapat tekanan dari eksternal pasca kenaikan Fed Fund Rate pada Desember 2015, hasil panen beberapa komoditas strategis seperti beras, cabai merah, dan bawang merah berpotensi masih rendah pada awal tahun, dapat memicu kenaikan harga.
 
Mencermati berbagai risiko yang ada, koordinasi antara Pemerintah Daerah dengan Bank Indonesia melalui forum Tim Pengendalian Inflasi daerah (TPID) perlu terus diperkuat terutama dalam mewaspadai tekanan inflasi volatile food. 

Beberapa rekomendasi TPID terkait pengendalian inflasi ke depan antara lain kerjasama antar daerah terkait pemenuhan pasokan bahan makanan yang telah diinisiasi pada 2015 agar dapat terus berlangsung dengan baik ke depan sambil tetap aktif menjajaki kerjasama dengan daerah-daerah lainnya. Tetap aktif mendorong penguatan ketahanan pangan lokal melalui pemanfaatan lahan pekarangan, maupun lahan yang belum terpakai termasuk di pulau-pulau di daerah Kepri, kemudian mewaspadai dan memitigasi lebih dini tekanan inflasi volatile food melalui koordinasi dengan instansi terkait.

Editor: Dodo