Hanya Istri Prajurit yang Tahu...
Oleh : Harun Al Rasyid
Rabu | 06-01-2016 | 08:00 WIB
IMG_20160105_083514.jpg
Para isri prajurit Yonif 10 Marinir SBY Setokok Batam. (Foto: Harun al Rasyid)

MELIHAT suami memanggul senjata, bergerak menjauh dan semakin jauh. Meninggalkan dirinya bersama anak-anak balitanya. Demi memenuhi panggilan tugas negara, menjaga pulau-pulau terluar Provinsi Kepri. Sungguh itu adalah suatu kehormatan dan kebanggaan yang harus dijaga dan dirawat. Di balik rasa bangga itu, bagaimana rasanya ditinggal sang belahan jiwa berhari-hari, berbulan bahkan bertahun lamanya? Hanya istri para prajurit yang tahu. Berikut hasil liputan wartawan BATAMTODAY.COM, Harun al Rasyid. 


Selasa, 5 Januari 2016. Komandan Brigade Infanteri (Brigif) 3 Marinir, Kolonel Marinir Werijon melepas 58 pasukan Batalyon Infanteri (Yonif) 10 Marinir Satria Bumi Yudha (SBY) Pulau Setokok, Barelang Batam. Para prajurit sangat terlatih itu diberangkatkan ke tiga pulau terluar Indonesia, Pulau Rondo, Pulau Berhala dan Pulau Sekatung. Misi mereka adalah mengawal kedaulatan NKRI di Provinsi Kepri. 

Gagah, percaya diri, tanpa ragu pasukan khusus TNI Angkatan Laut itu pun melangkah bergerak meninggalkan markas yang kerap didatangi masyarakat untuk sekadar berselfie itu. Langkah tegap mereka diiringi tatapan para wanita tegar lagi sabar. Sambil menggendong anaknya, para wanita tangguh itu pun tiada henti mengiringi langkah para prajurit dengan do'a. Selamat bertugas suamiku. 

"Saya ikhlas dan rela ditinggal demi tugas dari negara. Ini juga bentuk doa kami kepada suami, biar lancar dan sehat selalu," tutur Anjeng Kusuma Dewi saat mengiringi suaminya, Serka Marinir Dwi Mardianto. 

Bagi Anjeng, sikap ikhlas dan do'a-do'anya akan memudahkan Serka Marinir Dwi Mardianto dalam menunaikan tugas mulia itu. Bagi ibu dua orang anak, hanya itu yang terbaik untuk mengiringi perjalanan tugas suaminya. Ini memang buka yang pertama bagi Anjeng ditinggal suaminya bertugas. 

"Dulu pertama kali bapak tugas di Papua, di sana gak ada signal sama sekali. Jadi jarang komunikasi, kecuali pas ke daerah yang terjangkau signalnya," ujarnya mengisahkan. 

Do'a juga dipanjatkan Fitri Indriani saat mengiringi langkah Serka Supradi, suaminya. Sesekali, rindu yang menggelayut di hatinya itu dibasuhnya dengan memandang foto Serka Supradi yang terpajang di dinding rumah dinasnya itu sambil membelai rambut anaknya sembari berbisik lirih, nak yang sabar ya, sebentar lagi bapak akan pulang. "Ya, begitulah kalau kangen. Lihat foto, gendong anak sambil cerita-cerita sendiri atau bercanda sama anak" ungkap Fitri. 

Saling menguatkan, itulah yang dilakukan oleh para istri prajurit. Ketika suami mereka mengawal kedaulatan bangsa dan negara. Itu pulalah yang dilalukan Anjeng dan Fitri, menguatkan istri Jito Siswanto yang sedang mengandung anak pertamanya. Baru beberapa bulan mereka mengarungi bahtera rumah tangga, kini harus dipisahkan lautan. Bukan untuk waktu sehari dua, tapi 9 bulan!

Tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Hanya matanya yang tak sedetik pun melepas pandang dari sosok suaminya, prajurit gagah terlatih. Sebagai istri prajurit, ia hanya bisa berdo'a dan berharap, suaminya sehat selalu dan kembali ke pelukannya dengan selamat. Meski tak bisa mendampingi kelahiran buah cintanya itu.  

"Alhamdulillah, diberi semangat sama teman-teman. Berdoa saja, mudah-mudah selamat. Inilah resiko punya suami tentara. Tapi saya ikhlas," ujarnya. 

Ya, hanya ikhlas, sabar dan terus mengiringi kepergian suami dengan taburan do'a, sampai mereka kembali. Itulah yang dilakukan oleh para istri prajurit pasukan khusus TNI AL tersebut. 

Tak ada yang tahu, bagaimana beratnya dipisahkan dengan sang belahan jiwa. Tak ada yang tahu, bagaimana rasanya menahan sakit saat melahirkan buah cinta tanpa kehadiran sang suami. Tak ada! Hanya para istri prajurit yang tahu. Karena mereka telah menjalaninya. Semua demi cinta, cinta pada suami dan negara. Selamat bertugas suamiku.......

Editor: Dardani