Brunei-Malaysia-Singapura Tetapkan 1 Ramadan 2025 Jatuh pada 2 Maret
Oleh : Redaksi
Sabtu | 01-03-2025 | 08:44 WIB
teropong_hilal.jpg
Ilustrasi (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta- Brunei Darussalam, Malaysia dan Singapura menetapkan 1 Ramadan 1446 Hijriah ditetapkan pada 2 Maret 2025.

Para pengamat tak mendapati hilal atau bulan sabit sehingga awal bulan suci Ramadan ditetapkan pada lusa alias Minggu (2/3/2025).

"Brunei mengumumkan bahwa hilal tak terlihat dan bahwa pada Minggu, 2 Maret, menjadi hari pertama bulan suci Ramadan," demikian pernyataan pusat astronomi Uni Emirat Arab (UEA) di X.

Sama seperti di Brunei, Malaysia juga menetapkan 1 Ramadan 1446 Hijriah jatuh pada Minggu (2/3/2025).

"Umat Islam di Malaysia akan memulai puasa pada Minggu (2/3/2025)," lapor Bernama mengutip Penyimpan Mohor Besar Raja-Raja Tan Sri Syed Danial Syed Ahmad.

Mufti Singapura, sementara itu, turut menetapkan bahwa 1 Ramadan di Negeri Singa dimulai pada Minggu, 2 Maret 2025.

Mufti Singapura mencatat bahwa penampakan hilal pada hari ini belum memenuhi kriteria MABIMS, ketentuan yang disepakati oleh Menteri Agama Brunei, Malaysia, Indonesia, dan Singapura untuk menetapkan 1 Ramadan.

"Saya mengumumkan bahwa hari pertama puasa jatuh pada lusa, Minggu, 2 Maret 2025," kata Mufti Nazirudin Mohd Nasir, seperti dikutip Channel News Asia.

Sementara itu, Hasil sidang Isbat yang digelar Kementerian Agama (Kemenag) memutuskan awal puasa atau 1 Ramadan 1446 Hijriah/2025 jatuh pada Sabtu (1/3/2025).

Hal itu diumumkan dalam konferensi pers yang digelar pemerintah RI lewat Kemenag RI di Jakarta pada Jumat (28/2/2025) malam.

Pada kesempatan itu, Menag Nasaruddin Umar membeberkan di negeri jiran yakni Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam menentukan 1 Ramadan pada Minggu (2/3/2025).

Dia pun menjelaskan perbedaan yang ditetapkan Indonesia dan dua negeri tetangga itu meskipun tergabung dalam jaringan MABIMS (Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

"Kenapa kita [1 Ramadan] lebih awal? Karena perbedaan ketinggian hilal dan sudut elongasi-nya berbeda," ujar Nasaruddin.

"Walaupun Malaysia itu berdekatan dengan kita, Brunei berdekatan dengan kita, tapi dari garis sudut elongasi itu juga memang sedikit berbeda, dan mereka belum juga menemukan hilal di sana," imbuhnya.

Nasaruddin pun menegaskan karena Indonesia adalah satu wilayah hukum, maka hilal yang dilihat di Aceh itu kemudian berlaku untuk seluruh nusantara.

"Karena kita merupakan satu wilayah hukum, jadi kalau ada orang menyaksikan bulan dan disumpah oleh pengadilan agama maka itu berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia," kata dia yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Editor: Surya