Menkes Dorong Deteksi Dini dan Inovasi Pengobatan untuk Atasi Kanker Darah di Indonesia
Oleh : Redaksi
Senin | 25-11-2024 | 14:24 WIB
25-11_menkes-budi-gunadi_02392318.jpg
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin. (Foto: Kemenkes)

BATAMTODAY.COM, Solo - Kanker darah, termasuk leukemia, limfoma, dan mieloma, menjadi salah satu tantangan besar sektor kesehatan di Indonesia. Jumlah kasus yang terus meningkat, baik di kalangan anak-anak maupun dewasa, menuntut perhatian khusus.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, lebih dari 10.000 orang di Indonesia, termasuk anak-anak, saat ini menderita kanker darah dari total 400.000 kasus global.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menegaskan pemerintah telah merumuskan strategi khusus untuk menangani kanker, termasuk kanker darah, melalui pendekatan yang menyeluruh. Salah satu pilar penting dari transformasi kesehatan nasional adalah deteksi dini kanker.

"Kanker harus ditangani dengan strategi yang fokus dan terukur. Deteksi dini menjadi prioritas utama karena dapat menurunkan angka kematian, mengurangi biaya pengobatan, dan meningkatkan kualitas hidup pasien," ujar Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangannya, Sabtu (23/11/2024).

Sebagai bagian dari upaya ini, pemerintah telah mendistribusikan alat hematoanalyzer dan blood chemical analyzer ke lebih dari 10.000 Puskesmas di seluruh Indonesia. Alat ini memungkinkan pemeriksaan darah lengkap untuk mendeteksi potensi kanker sejak dini. Pemerintah menargetkan distribusi alat ini selesai pada 2027.

Untuk fasilitas kesehatan yang lebih besar seperti rumah sakit, pemerintah juga telah menyediakan alat tes PCR guna mendukung tes molekuler biologi yang lebih canggih. Di tingkat provinsi, laboratorium kesehatan masyarakat yang dilengkapi dengan teknologi terbaru, seperti mesin PCR dan X-ray generasi terbaru, sedang dibangun di 514 kabupaten/kota di 34 provinsi.

"Kami juga mengembangkan teknologi diagnostik terkini yang dapat memeriksa sel tumor dan DNA, sehingga deteksi kanker bisa lebih akurat," tambah Menkes.

Di bidang pengobatan, pemerintah mendorong semua rumah sakit untuk mengadopsi metode pengobatan multidisiplin dan teknologi modern. Mulai tahun depan, peralatan canggih seperti cytotoxic drug safety cabinet untuk kemoterapi, serta linear accelerator (LINAC) untuk radioterapi, akan didistribusikan ke rumah sakit di 34 provinsi.

Selain itu, alat diagnostik seperti digital pathology dan flow cytometry telah disiapkan untuk rumah sakit di tingkat kabupaten/kota, sementara peralatan PET CT Scan akan tersedia di 16 rumah sakit vertikal Kementerian Kesehatan. "Dengan fasilitas ini, kami berharap dapat mempercepat diagnosis dan pengobatan kanker darah, sehingga pasien memiliki peluang kesembuhan yang lebih tinggi," jelas Menkes.

Meski berbagai upaya telah dilakukan, sejumlah kendala masih harus diatasi, seperti rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini dan keterbatasan fasilitas kesehatan di beberapa daerah. Biaya pengobatan kanker yang tinggi juga menjadi beban bagi sebagian besar pasien.

Untuk mengatasi hal ini, Menkes menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, baik dengan pemerintah daerah maupun swasta, untuk meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan berkualitas.

Melalui pendekatan terintegrasi yang mengedepankan deteksi dini, teknologi modern, dan pengobatan yang maju, pemerintah berambisi menurunkan angka kematian akibat kanker dan meningkatkan kualitas hidup pasien di Indonesia. "Dengan strategi ini, Indonesia akan lebih siap menghadapi tantangan kanker, menjadikan kesehatan masyarakat sebagai prioritas utama, dan memperkuat sistem kesehatan untuk masa depan," tutup Menkes.

Editor: Gokli