Beri Lisensi kepada 5 Perusahaan, Indonesia Siap Ekspor Listrik ke Singapura
Oleh : Redaksi
Minggu | 08-09-2024 | 14:04 WIB
ilustrasi_listrik.jpg
Ilustrasi (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta- Singapura telah memberikan lisensi bersyarat kepada lima perusahaan, termasuk Adaro Solar International dan Keppel Energy, yang membawa Indonesia selangkah lebih dekat untuk mengekspor listrik hijau ke Negeri Singa tersebut.

Indonesia dan Singapura telah menjalin pembicaraan terkait kemitraan perdagangan listrik lintas negara. Tahun lalu, Otoritas Pasar Energi Singapura (Energy Market Authority/EMA) memberikan "persetujuan bersyarat" kepada lima perusahaan untuk mengimpor 2 gigawatt listrik rendah karbon dari Indonesia.

Kelima perusahaan tersebut adalah Pacific Medco Solar (0,6 gigawatt), Adaro Solar International (0,4 gigawatt), EDP Renewables APAC (0,4 gigawatt), Vanda RE (0,3 gigawatt), dan Keppel Energy (0,3 gigawatt).

Listrik yang diekspor ini berasal dari sistem panel surya fotovoltaik dan penyimpanan energi baterai yang diproduksi di Indonesia.

Pada Kamis (5/9/2024), Singapura mengumumkan bahwa mereka telah memberikan lisensi bersyarat kepada perusahaan-perusahaan tersebut, yang merupakan dokumen penting sebelum mereka bisa mengekspor listrik hijau tersebut.

Menurut Menteri Tenaga Kerja Singapura, Tan See Leng, perusahaan-perusahaan tersebut telah melakukan survei laut dan studi kelayakan.

"Survei ini untuk memastikan kondisi komersial dan teknis yang lebih baik agar proyek-proyek ini berhasil," kata Tan, yang juga menjabat sebagai menteri kedua untuk perdagangan dan industri Singapura, dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta.

"Ini bukan prestasi kecil. Ini menunjukkan bahwa proyek-proyek ini telah mencapai tahap pengembangan yang maju. Lisensi bersyarat ini juga menandakan bahwa proyek-proyek ini telah memenuhi persyaratan ketat dari Indonesia dan Singapura," tambah Tan.

Rachmat Kaimuddin, staf khusus Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan kepada media di sela-sela forum bahwa aliran listrik rendah karbon dari Indonesia ke Singapura diperkirakan akan dimulai pada akhir 2027 atau 2028.

Ketika ditanya mengenai langkah selanjutnya setelah pemberian lisensi bersyarat, Rachmat menjelaskan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

"Setelah lisensi bersyarat, mereka perlu memperoleh lisensi pengimpor. Ini adalah izin yang dikeluarkan oleh pemerintah Singapura. Di sisi pemerintah Indonesia, kami juga harus mengeluarkan izin. Tugas kami di pemerintah Indonesia adalah memastikan semuanya berjalan lancar dan tidak merugikan kepentingan nasional," ujar Rachmat.

Selain itu, Singapura juga mengumumkan dalam forum tersebut bahwa mereka akan memberikan persetujuan bersyarat tambahan kepada TotalEnergies-RGE dan Shell-Vena untuk impor listrik sebesar 1,4 gigawatt.

Seperti lima perusahaan sebelumnya, konsorsium ini harus melakukan survei dan langkah lainnya sebelum mendapatkan lisensi bersyarat.

TotalEnergies-RGE telah membentuk perusahaan patungan bernama Singa Renewables dengan kapasitas yang diberikan mencapai 1 gigawatt.

Shell Eastern Trading, bermitra dengan Vena Energy, akan bekerja sama untuk menyediakan 0,4 gigawatt listrik rendah karbon dari Indonesia ke Singapura.

Pada awalnya, Singapura menargetkan untuk mengimpor 4 gigawatt listrik rendah karbon pada tahun 2035. Namun, Tan mengungkapkan negaranya telah menaikkan target tersebut menjadi 6 gigawatt pada tahun yang sama.

Perusahaan-perusahaan dapat memperoleh persetujuan bersyarat jika EMA telah menilai bahwa proyek-proyek tersebut layak secara teknis dan komersial.

Editor: Surya