Warga Tanjung Buntung Protes Aktivitas Depo Peti Kemas di Kawasan Industri Union Batam
Oleh : Paskalis RH
Selasa | 26-05-2020 | 18:04 WIB
peti-kemas.jpg
Aktivitas depo peti kemas di Kawasan Industri Union, Batuampar, Batam. (Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Aktivitas bongkar muat Depo Peti Kemas di Kawasan Industri Union, menuai protes dari warga yang bermukim di Kelurahan Tanjung Buntung, Kecamatan Bengkong, Kota Batam.

Salah seorang warga, Rianto (50) menyatakan, keberadaan depo tersebut sangat mengusik kenyamanan warga yang bermukim di daerah itu. Pasalnya, kegaduhan dan kebisingan dari depo peti kemas yang berada tepat di halaman belakang rumahnya sangat mengganggu dan telah diprotesnya sejak lama.

"Sudah sejak lama, warga di sini menyatakan keberatan dengan keberadaan depo peti kemas ini," kata Riyanto, Selasa (26/5/2020).

Riyanto menegaskan, permasalahan utama yang dihadapi warga adalah soal suara bising dari aktivitas bongkar muat di Depo Peti Kemas yang ada di Kawasan Industri Union, Batam. "Kebisingan dari aktivitas di kawasan itu terdengar sepanjang hari, sehingga sangat mengganggu aktivitas normal seperti jam istirahat warga," ujarnya.

Apalagi, kata dia, lokasi kawasan industri berupa tanah lapang seluas 10 hektar dari proses pemotongan lahan (Cut and Fill) yang berada persis di bawah pemukiman warga.

"Aktivitas bongkar muat di kawasan ini sudah beroperasi sejak tiga tahun lalu dan sudah mendapat protes dari warga karena merasa sangat terganggu. Setiap hari suara deru kontainer dan raungan alat berat terdengar sampai kamar tidur. Bayangkan itu kalau mereka kerja sampai dinihari, niatnya pulang mau istirahat, malah ga bisa istirahat," tambahnya.

Selain kebisingan, warga sekitar juga mengeluhkan efek getaran dari aktivitas alat berat yang menyebabkan puluhan rumah warga terancam rusak. Bahkan, beberapa bagunan milik warga sudah mengalami kerusakan, berupa retakan-retakan pada bagian dinding akibat dari getaran tersebut.

"Rumah saya sendiri sudah mengalami kerusakan sejak awal 2019 lalu. Paling parah, terjadi di bagian buritan bangunan, berawal dari retakan kecil, semakin luas hingga nyaris merobohkannya," tandasnya.

Riyanto menjelaskan, pemukiman warga yang berada diatas kawsan industri union, awalnya dari tanah timbunan, sehingga apabila alat berat sedang melakukan aktivitas, getarannya sangat berdampak pada pergerakan tanah. "Akibat dari pergerakan atau pergeseran tanah, pemukiman warga yang berdekatan dengan kawasan itu dindingnya pada retak-retak," tukasnya.

Ia menyebut, sudah beberapa kali warga melakukan protes ke perangkat RT setempat. Namun sampai kini solusi dari aduan tersebut seolah menguap. Malahan kegiatan di kawasan itu kian hari semakin bertambah.

Sementara itu, seorang warga lain, Erni (35) tidak menyangkal kalau aktivitas di kawasan depo peti kemas itu sudah mengancam keselamatan warga. Rumah penduduk yang berada diatas buktit dan berbatasan langsung merupakan posisi paling berbahaya.

Hal tersebut dia katakan, karena bangunan rumahnya pun mulai mengalami kemiringan imbas dari kegiatan perluasan areal yang dilakukan oleh pihak kawasan tanpa dibarengi pemasangam batu miring atau tembok penahan tanah. "Kamar belakang sudah miring. Kalau dinding rumah ya retak-retak juga. Enggak tau lah mas, memang sebentar lagi kalau tidak ada antisipasi pasti amblas lah ke bawah," ujar ibu dua anak itu.

Menurut dia, dengan adanya dampak seperti ini maka tak seharusnya depo peti kemas tidak berada dekat dengan pemukiman padat penduduk. Untuk itu, dia berharap pihak-pihak terkait dapat mengambil tindakan sebelum hal buruk menimpa warga.

Keberadaan lokasi depo peti kemas ini pun harapannya dapat dikaji ulang, dengan mempertimbangkan segala aspek kerusakan yang timbul akibat kegiatannya dapat diantisipasi lebih matang lagi. Bilamana tak memungkinkan maka pilihan merelokasi kawasan bisa diambil.

"Begini ya, kita sih senang-senang saja kalau keberadaan depo tidak menimbulkan kekhawatiran bagi warga. Tapi ini kan faktanya berbeda. Ya kalau bisa, untuk kegiatan seperti ini ditempatkan di kawasan industri sajalah, jangan dekat pemukiman," pungkasnya.

Editor: Gokli