Duh Gusti, Demi Membela Diri Ibuku Meringkuk di Penjara
Oleh : Hadli
Selasa | 10-09-2019 | 08:28 WIB
Penganiayaan-anak-edit1.gif
Ilustrasi penganiaan. (Foto: Ist)

SENIN, 10 Juni 2019 sekitar pukul 05.50 Wib, awal mula terjadi mala petaka bagi keluarga kami. Ibuku, bernama MS, umurnya sekitar 58 tahun. Kesehariannya merawat kami sekeluarga. Namun sejak peristiwa itu, ia tak bisa lagi memberikan kasih sayangnya untuk keluarga karena dilaporkan ke polisi. Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Hadli, dari penuturan AP, mengenai ibundanya.

"Kenapa bukan aku! Kenapa harus ibu yang menjadi sasaran empuknya? Bukankah aku yang diincarnya karena dendam kusumatnya? Apa salah ibu hingga harus meringkuk di penjara dan terpisah dari aku, ayah dan adikku," begitu AP memulai kisah yang mengantar ibunya masuk bui.

AP merupakan perempuan lajang berumur 33 tahun. Dia bekerja di salah satu perusahaan jasa kontruksi minyak lepas pantai di Batam. Aku bersama keluarga tinggal di kawasan Tiban I, Kelurahan Patam Lestari, Kecamatan Sekupang.

"Pagi itu, aku bersiap untuk berangkat kerja, memanaskan mobil sambil memasukkan bekal makanan. Pandangan mataku mengarah ke ujung jalan dekat masjid yang ada di komplek perumahan kami, karena memang jaraknya tidak terlalu jauh," tuturnya, belum lama ini, di bilangan Lubukbaja.

Mobil putih itu aku mengenali pemiliknya, ia bernama Nc. Belakangan ini ia kerap membuatku dan keluarga sangat tidak nyaman. Ia pernah mendatangi rumah kami, mengobok-obok seisinya bersama kekuarga dan koleganya dan sering membuntutiku sepanjang jalan.

Ayah pada pagi itu sedang rebahan di ruang tamu, sedangkan ibu berada di dapur. Setelah menyiapkan bekal kerjaku, giliran ayah yang dilayani ibu. Ibu menyiapkan semangkok bubur kacang ijo pesanan ayah. Aku melangkah perlahan kearah ibu dan membisikkan kepadanya bahwa kakak itu ada disekitar rumah, sedang memantau rumah kami.

Mengetahui ada Nc di sekitar rumah, ibu dan aku melangkah ke halaman depan. Ibu masih memegang mangkok kosong yang tadinya untuk menyiapkan sarapan bubur kacang ijo untuk ayah. Melihat mobil putih yang terparkir dengan mesin masih menyala, aku dan ibu mencoba memastikan, apakah ada Nc juga di sana. Karena sebelumnya, kalau bukan dia pasti adik atau koleganya yang mengintai. Kami perlahan mendekati mobil putih tersebut.

Namun ketika itu, kami tidak memberitahu ayah. Kami sepakat keluar dari pagar rumah hanya untuk memastikan bahwa benar itu adalah Nc. Sambil perlahan mendekati mobil yang tengah memelototi rumah kami, kami mendekati sambil mengabadikan dengan handphone dari samping dan depan mobilnya. Ternyata benar perkiraanku, Nc ada di dalam mobil itu.

Tapi dia tidak sendiri. Ia disopiri adik laki-lakinya. Ketika itu aku sedikit terperangah, dalam hatiku bertanya, kenapa dia sampai segitunya, sanggup dari subuh memantau rumah kami.

Di dalam mobil, Nc terlihat menundukkan kepalanya ketika kami foto. Ketika itu ia tidak mengenakan jilbabnya. Pintu mobil depan kiri tempat ia duduk dibuka. Kakinya menginjak tanah namun badannya masih dalam posisi duduk.

Ibu pun mencoba menyampaikan kepadanya untuk segera meninggalkan komplek tempat kami tinggal. Namun teguran ibu tidak berarti padanya. Bahkan ibu langsung diserang dengan tangannya.

"Ibu saya hanya bilang ngapain kamu di sini, pulang aja," tutur AP menirukan ucapan ibunya kepada BATAMTODAY.COM, belum lama ini di bilangan Lubuk Baja. "Ngapain kamu pelakorr," ucapnya lagi menirukan perkataan balasan dari Nc.

"Lantas ia langsung menampar sekali ke pipi ibu. Sebagai orang yang lebih tua, aku merasa ibuku sangat-sangat terkejut ketika mendapat tamparan keras perempuan yang jelas umurnya jauh di bawah umur ibuku. Jangankan ibu, aku saja terkejut melihat kejadian itu," kata AP.

Seketika menerima tamparan yang keras, AP merasa ibu reflek. Tanpa disadari ibunya, mangkok yang dipegangnya sedari rumah untuk memberikan ayahnya bubur kacang ijo, langsung mendarat di jidat kiri Nc.

Bukannya sadar dengan sikap kurang ajarnya yang menampar ibunya duluan, dengan darah yang keluar mengalir pelan di kepalanya, ia tertawa terbahak-bahak dengan girang.

"Saya langsung peluk ibu, mencoba menyadarkannya sambil melangkah kebelakang. Nc langaung teriak-teriak dan tertawa. Dia bilang ini darah, hahahahaaa bisa saya jadikan bukti ya ha ha ha ha," tutur AP menirukan ucapan Nc.

Pagi itu, tidak ada warga yang beraktifitas di luar rumah. Kami pun langsung mengarah pulang ke rumah. Tapi dia mengikuti kami sampai depan rumah sambil berteriak. Suasana yang tadinya sepi, menjadi ramai. Warga pun pada keluar karena mendengar ocehannya mengikuti kami.

"Dia teriak-teriak, tolong-tolong saya dianiaya, secara terus menerus. Terjadi adu mulut sesaat, terus kami masuk rumah disuruh papa," sambung AP.

Adiknya yang ikut langkah kakaknya ke rumah kami bergegas mengambil mobil yang masih terparkir sekitar mesjid. Mobilnya diparkirkan di depan rumah dan pergi meninggalkan kami sekeluarga. Namun ternyata dia masih mengintaiku dari luar komplek.

Aku pamit untuk pergi kerja kepada ayah setelah menenangkan ibu. Namun, aku pikir sampai di situ. Ternyata tidak, dia masih mengikutiku dari belakang sampai aku di kantor. Di kantor aku izin kepada pimpinan untuk keluar sebentar.

Aku berkeliling menuju arah Bengkong, Seipanas, Batam Center, KDA, dan balik lagi melewati jalan raya utama Kepri Mall. Di sana aku masih diikuti mobil putih Chevrolet Spin miliknya.

Kini, hatiku makin perih, melihat ibuku meringkuk di penjara. Hanya karena membela diri.

Editor: Dardani