Hari Air Sedunia, Waduk Mukakuning dan Tembesi Semakin Kritis
Oleh : Hendra Mahyudi
Jumat | 22-03-2019 | 15:10 WIB
waduk1.jpg
Waduk Tembesi. (Foto: Hendra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Peringatan hari air sedunia yang jatuh setiap tanggal 22 Maret, waduk Mukakuning memasuki masa kritis. Pendangkalan mulai terlihat parah dan air terlihat surut secara drastis.

Hal ini sudah seharusnya menjadi perhatian khusus pihak ATB dan juga pemerinta kota Batam. Di tengah panasnya cuaca dan musim kemarau berkepanjangan, curah hujan menjadi rendah, ditambah lagi kebakaran hutan di sekitar area waduk yang notabenenya merupakan daerah resapan air.

Pantauan BATAMTODAY.COM, di area waduk Mukakuning, terlihat pendangkalan yang cukup drastis dan juga pepohonan yang kering, akibat area hutan tempat resapan air yang terbakar hingga 7 hektar area.

"Sudah sebulanan air perlahan surut, mungkin karena jarang hujan dan daya tampungnya tidak lagi banyak. Ditambah lagi hutan di sekitar dam yang mulai banyak terbakar," ujar Shidiq seorang pemancing di area sekitar waduk Mukakuning, Jumat (22/3/2019)..

Sementara itu hal sama juga terjadi di lokasi waduk Tembesi, yang hingga saat ini masih belum beroperasi. Sejauh ini waduk tersebut masih menjadi tumpuan hidup petani Tembesi Sidomulyo. Namun kondisinya juga mulai cukup parah, dikarenakan aktivitas tambang pasir ilegal di sekitar masih terus berlanjut. Bukit-bukit dan pepohonan di sekelilingnya telah banyak yang hilang.

Kendatipun telah ada peraturan yang dengan tegas menyebutkan bahwa, wilayah Batam bukan merupakan Kawasan Pertambangan, yang mengacu pada Undang-undang nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba) dan Undang-undang nomor 32 tahun 2009 perihal Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup.

Namun, penambangan pasir itu sendiri masih terus berjalan. Bahkan, Camat Sagulung Reza Khadafi juga telah menyurati Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Batam, dan DLH kota Batam, melalui Kepala Dinas Lingkungan Hidup kota Batam, Herman Rozi dengan tegas mengatakan penambangan pasir di wilayah sekitar waduk Tembesi tersebut adalah kategori Illegal Mining.

Di hari air sedunia ini, warga berharap ATB Batam selaku pengelola waduk mulai berpikir mengantisipasi apabila kondisi air semakin surut, karena bisa saja berpotensi kekeringan dan penyaluran air ke pemukiman warga terhambat.

"Apalagi beberapa hari terakhir kebakaran hutan lindung di area dam Mukakuning dan juga penambangan pasir di dam Tembesi, kondisi ini semakin memprihatinkan. Jangan hanya pikirkan mengambil air, tapi merawat hutannya (daerah resapan air) juga penting," Ujar Erick Harahap, seorang mahasiswa pecinta alam salah satu kampus swasta di Batuaji.

Editor: Yudha