Sudah Tak Dapat Ganti Rugi, Roy dan Keluarga Pun Diintimidasi

Kisah Pilu Korban Penggusuran di Kampung Sei Binti Sagulung
Oleh : Irwan Hirzal
Rabu | 02-05-2018 | 10:28 WIB
roy-tunjuk-lp.jpg
Roy Martin Sipahutar, korban penggusuran yang belum terima ganti rugi dan malah diintimidasi sekelompok orang. (Foto: Irwan Hirzal)

BATAMTODAY.COM, Batam - Roy Martin Sipahutar (38), warga Kampung Sei Binti, Kecamatan Sagulung, salah satu korban penggusuran yang belum menerima ganti rugi dari pihak pengembang PT Anugerah Sentosa Abadis.

Meski belum mendapat ganti rugi, rumah yang sekaligus dijadikan bengkel motor untuk menafkahi keluarganya langsung diratakan. Roy pun mengalami intimidasi dan kekerasan dari lima orang tidak dikenal. Saat ini, Roy bersama anak dan istrinya mengalami trauma berat.

Selain Roy dan keluarganya, pada saat kejadian juga ada warga korban luka bakar, Marianus, yang saat ini diketahui menjalani perawatan di RSUD Embung Fatimah.

"Kejadiannya itu tepat pukul 06.30 WIB, ada sekitar 20 orang mendekati tempat saya dan Marianus. Mereka semua mengenakan penutup wajah dan helm. Mereka langsung menghampiri Marianus, saya melihat betul itu," ungkap Roy kepada wartawan di Batam Center, Selasa (1/5/2018)

"Saat itu sekelompok orang bertanya kepada istri Marianus. Saya sempat keluar rumah sebentar, kemudian masuk lagi dan buat kopi di rumah."

Awalnya, Roy tak menghiraukan sekelompok orang tersebut. Pasalnya dana ganti rugi sebesar Rp 8 juta yang sudah disepakati dengan pihak perusahaan dan menjanjikan akan dibayar pada Senin pagi.

Namun suara gaduh terdengar, saat Marianus tiba di kediamanya usai mengantar anaknya sekolah.

Roy mengatakan saat itu ia melihat Marianus menuangkan bensin dari jerigen ke botol eceran yang akan dijualnya.

"Saya tidak tau persis apa yang diobrolka Marianus dengan sejumlah kelompok itu. Tetapi dengan seketika saya mendengar terikan api. Saya menduga Marianus panik dan melawan. Kemungkinan bensin tersebut tertumpah dan apinya menyambar tubuhnya, karena ada kompor berada di depan kios, belakangnya ada meja, ada etalase rokok," jelasnya.

Namun saat Marianus terbakar api, sekelompok orang itu malah memegang istri korban yang teriak histris. Setelah api membakar Marianus, tiba-tiba alat berat mulai bergerak menuju kedua rumah korban tersebut.

"Saya langsung lari ke belakang rumah, mencegah alat berat. Tetapi tiba-tiba saya langsung dihadang sekitar 5 OTK tersebut. Saya malah dicegah dipegang dan dibanting ke tanah. Saat dikeroyok. Sekelompak orang itu mengatakan, kamu kok tidak mau terima? Saya bilang saya sudah terima. Leher saya dicekik," ungkapnya.

Roy mengakui tidak bisa bergerak dan menghadang lagi, alat berat langsung masuk dan menghancurkan rumah keduanya.

Istri Roy, Nur Cahaya Silitonga langsung panik ketekutan menjerit dan anaknya yang masih berusia 5 tahun menangis ketakutan.

"Akhirnya saya tak bisa menyelamatkan barang-barang semuanya. Peralatan bengkel hancur. Hanya sebagian saja yang bisa diangkat. Sehingga menimbulkan kerugian Rp50 juta. Sementara Marianus rugi sebanyak Rp30 juta," papar Roy.

Roy menjelaskan, bahwasanya ia sudah tinggal di situ selama 9 tahun. Warga yang berada di kampung tersebut sebanyak 129 kepala keluarga (KK) dan sudah direlokasi sebanyak 127 KK dengan pembayaran senilai Rp4,2 juta beserta Kavling di Sungai Aleng.

"Kami berdua tak didata oleh RT01 yang bernama Zaidi dan RT02 bernama Agus dengan RW bernama Sabarna. Karena persoalan dengan pemilik lahan yang sebelumnya. Sehingga kami tidak ada ganti rugi. Kami tidak dianggap di situ, makanya mendaftar ke RT sebelah yang bernama pak Lukas," tuturnya.

Ia mengaku sudah berusaha memperjuangkan haknya dengan mengurusnya ke Lurah dan Camat setempat, yang didampingi oleh seorang pendeta, Elinson Sihaloho.

"Camat Sagulung, Reza mengatakan saya usahakan. Sementara Lurah Sei Binti, Jonle, tidak mau tahu," ujar Elinson.

Di tempat yang sama, saksi lainnya, Salmon mengatakan, adanya oknum berpakaian TNI di lokasi tersebut tidak bisa menghindari pembakaran itu. Ia sangat menyesalkan adanya petugas keamanan tetapi tak bisa membantu.

Begitu sampai di lokasi, kondisi rumah sudah rata. "Tidak ada pembakaran diri. Jangan pula dibilang bakar diri padahal ada intimidasi di situ," tegas Salmon.

Sementara itu, Wirya Silalahi dari Forum Batak Batam mengatakan, sangat menyesalkan perusahaan yang bersifat arogansi dan RT/RW ada diskriminasi.

Ia mengharapkan Polisi bersikap profesional untuk menindaklanjuti ini sesuai proses hukum. "Jangan ada oknum yang dilindungi. Ini penganiayaan sampai dibakar. Ada anak-anak yang trauma. Kami harap Polisi harus bersikap mengusut tuntas ini," pungkasnya.

Editor: Gokli