Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tantang China, Dua Jet Pengebom AS Lintasi LCS
Oleh : Redaksi
Jum'at | 07-07-2017 | 16:26 WIB
jet-AS.gif Honda-Batam
Sebuah pesawat B-1B Lancer dari Sayap Ekspedisi Utara Angkatan Udara AS sedang dalam misi serangan di Afganistan. Foto ini dirilis pada 7 Desember, 2001. (HANDOUT/Reuters)

BATAMTODAY.COM, Tokyo - Dua pesawat pengebom Amerika Serikat (AS) telah terbang di atas kawasan sengketa Laut China Selatan, kata Angkatan Utara AS (USAF) pada Jumat (7/7/2017).

USAF juga menegaskan, langkah itu diambil untuk menegaskan sikap Washington yang memandang perairan Laut China Selatan merupakan teritorial internasional, demikian laporan Reuters.

Pesawat pengebom B-1B Lancer tersebut terbang pada Kamis (6/7/2017) dari Guam, hanya beberapa saat sebelum Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menggelar pertemuan di sela-sela KTT G20 di Hamburg, Jerman.

Kedua pemimpin tersebut diperkirakan akan membahas apa yang dapat dilakukan China untuk mengendalikan program rudal dan nuklir Korea Utara (Korut).

Sementara Trump telah mencari bantuan China untuk menekan Korut, pihak militer AS tetap menegaskan hak "kebebasan navigasi" di Laut China Selatan, dengan risiko mempermalukan China.

Sebelum terbang ke kawasan Laut China Selatan, dua pesawat pengebom B-1B Lancer itu mengadakan latihan bersama dengan skuadron Jepang di Laut China Timur.

Hal itu untuk pertama kalinya kedua negara melakukan latihan bersama pada malam hari, termasuk melibatkan B-1 B Lancer, jet tempur supersonik berjelajah jauh berjulukan The Bone (Si Tulang).

Penerbangan dua jet temput AS itu jelas menantang China, meski belum ada reaksi langsung dari Beijing atas kejadian itu.

Tindakan USAF itu dilakukan di tengah meningginya ketegangan di kawasan, terutama setelah Korut mengaku berhasil mengembangkan ICBM yang bisa menyasar daratan AS.

Terkait ancaman Korut itu, AS sudah mendesak China, yang selama ini menjadi pendukung dan sekutu utama Pyongyang, untuk lebih tegas menekan Korut agar menghentikan program pengembangan persenjataan nuklir dan rudal.

Sumber: Reuters
Editor: Udin