Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Terbang Bersama Pterosaurus di Omni Theater Singapura
Oleh : Dodo
Selasa | 08-11-2011 | 18:54 WIB
Flying-Monsters-3d-Movie-Poster.jpg Honda-Batam

Penggambaran Pterosaurus dalam film Flying Monsters yang ditayangkan di Omni Theatre Singapura.

SINGAPURA, batamtoday - Bagaimana jika Anda yang hidup di era modern ini dihadapkan pada sebuah vertebrata terbang berukuran lebar sayap hingga 13,7 meter di depan mata? 

Pertanyaan itu akan terjawab jika Anda menyimak sebuah film ilmu pengetahuan berjudul Flying Monsters yang diputar di Omni Theater Singapura yang diputar hingga Selasa (26/2/2012) mendatang.

Saat batamtoday berkunjung ke Omni Theater beberapa waktu lalu diberikan sebuah sajian spektakuler dari sebuah film yang berteknologi tinggi dengan narator seorang naturalis terkemuka di dunia, Sir David Attenborough.

Adegan film ini dimulai dengan pemaparan Attenborough mengenai dominasi dinosaurus di bumi pada 220 juta tahun lalu. Namun, sekelompok reptil lain, yakni pterosaurus membuat satu lompatan luar biasa dengan menguasai udara.

Tampilan gambar yang sangat fantastis, dapat kita saksikan melebihi berbagai film fiksi yang pernah ada.

Dalam film tersebut, Attenborough mengungkap kebenaran tentang pterosaurus misterius dan mencari tahu bagaimana kadal ukuran jerapah bisa melawan gravitasi. Potongan Attenborough bersama-sama bukti dan menemukan bahwa keajaiban penerbangan pterosaurus telah menjadi gema evolusi yang beresonansi bahkan hari ini.

Dengan bantuan teknologi mutakhir CGI, penonton akan mendapatkan pterosaurus yang mata melihat dari Bumi hiper realistis dan melihat tantangan hidup, termasuk pacaran, terbang dan berburu.

Sensasi yang dirasakan penonton tak lepas dari penerapan teknologi yang dilakukan oleh Omni Teater di Science Centre Singapura. Lembaga itu memasang sebuah kubah layar yang terbaru, yang merupakan terbesar di Asia dengan diameter 16 meter dan 23 meter dengan ketinggian lima lantai.

Layar kubah halus bernama NanoSeam ini membentang 180 derajat dari dinding ke dinding dengan kemiringan sudut 30 derajat ke cakrawala dan memberikan penonton pandangan lateral 180 derajat serta pandangan vertikal 120 derajat, jauh melebihi lapangan visi seseorang.  

Lebih detailnya lagi, layar kubah tersebut terbuat dari 397 buah panel alumunium berlapis bubuk elektrostatik, dengan 38 persen reflektifitas yang berfungsi meningkatkan kecerahan dan kejelasan film. Layar ini juga memiliki 43,54 juta perforasi yang memungkinkan suara dari speaker bisa dinikmati penonton.

Selain itu, teater ini juga dilengkapi teknologi IMAX yang memiliki kualitas artistik dengan proyektor berpresisi tinggi yang merupakan proyektor paling modern dan canggih di dunia. Keunggulan utama dari teknologi IMAX ini adalah gerakan horizontal film yang halus seperti gelombang 'loop rolling'.

Proyektor tersebut juga menggabungkan Leitz lensa uni wide angle 180 derajat yang menggunakan lapu xenon berkekuatan 15 ribu watt, serupa dengan cahaya roket pendorong milik NASA ketika meluncurkan pesawat ulang alik.

Proyektor itu hanya bisa dipergunakan untuk menayangkan film yang menggunakan 15 perforasi berukuran 70 milimeter, yaitu bingkai terbesar dalam sejarah film. Besarnya melebihi hampir 10 kali ukuran bingkai film konvensional yang hanya 35 milimeter sehingga hal inilah yang menjadi kunci ketajaman luar biasa dari film IMAX.

Telinga penonton juga dimanjakan dengan sistem suara IMAX tidak dikompresi sehingga menghasilkan kualitas suara yang jelas dan tidak tertandingi oleh tata suara bioskop konvensional. Untuk mewujudkannya, dipasang amplifier berkekuatan 20 ribu watt yang akan membuat penonton dapat mendengarkan suara paling halus yang dihasilkan dalam sebuah film.

Lim Tit Meng, Kepala Eksekutif Science Centre Singapura mengatakan Omni Teater hingga saat ini telah menayangkan sekitar 77 judul film yang mencakup ilmu pengetahuan, ruang angkasa, alam, budaya, bencana, fauna dan kehidupan bawah laut. 

"Adanya penambahan teknologi baru di Omni Teater akan dapat meningkatkan kunjungan masyarakat ke obyek wisata ini ke depannya," kata Lim Tit Meng.