Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kisah Miris Mantan Karyawan Shipyard Batam

Investasi Batam Macet, Penjahat Makin Nekat
Oleh : Romi Candra
Rabu | 17-05-2017 | 08:00 WIB
Jambret-tas_.jpg Honda-Batam
Ilustrasi jambret tas. (Foto: Ist)

Arus investasi asing ke Batam, macet total. Malah, investasi yang sudah masuk, ramai-ramai keluar Batam. Dampaknya, kini Batam sukses mencatat rekor pertumbuhan penganggur baru. Polisi pun pusing, bagaimana tidak? Karena kejahatan jalanan makin mengkhawatirkan. Investasi macet, semua mumet. Berikut liputan wartawan BATAMTODAY.COM, Romi Candra.

SIKAP tegas aparat penegak hukum, tak sepenuhnya menyurutkan niat para penjahat jalanan Batam. Satu ditangkap, sepuluh terbilang. Mereka datang silih berganti. Apa sebab? Minimnya lapangan pekerjaan dan perekonomian yang makin sulit. M. Yusuf (38), salah satunya.

Agar anaknya terus makan dan bayi dalam kandungan istrinya tumbuh sehat, segala macam cara dilakukan. Termasuk, menjambret, ya menjambret.

Yusuf, hanya bisa tertunduk sambil menjawab satu persatu pertanyaan dari awak media, Selasa (17/5/2017). Tidak tanggung-tanggung, ia bersama rekannya, Arif (25), sudah melanglang buana dalam dunia pencurian dengan kekerasan ini. Diakui, ia sudah menjambret sebanyak 25 kali.

Bukan untuk foya-foya, semua itu ia lakukan demi mencukupi kebutuhan anak istrinya. Demi membeli susu untuk istri yang tengah mengandung anak ketiganya, membeli popok dan untuk makan anaknya, membayar sewa tempat tinggal.

Tidak hanya itu, rasa bersalah terhadap istri dan anaknya menjadi hal utama yang ia rasakan. Pada hari ia dibekuk, ia juga berbohong dan meninggallan istrinya di Simpang Rujak Batam. Dengan kondisi hamil, dengan setia sang istri menunggu hingga larut malam. Namun ia tak kunjung datang karena sudah ditahan di Mapolsek Lubukbaja.

Diceritakan Yusuf, tepat pada hari Kamis (4/5/2017) sore, ia bersama istrinya yang tinggal di Batuaji, bermaksud pergi ke rumah kerabat di kawasan Bengkong untuk meminjam uang dengan mengendarai sepeda motor, karena ada kebutuhan mendesak. Sayang, ikhtiar suami istri itu tak membuahkan hasil, kerabatnya juga tengah dalam kesusahan dan tidak bisa membantu.

Langit seolah mendadak gelap, segelap nasibnya. Berat rasanya hidup di Batam ini. Sepulang dari rumah kerabatnya itu, Yusuf mengurungkan niatnya pulang ke Batuaji. Pantang pulang dengan tangan kosong, anak-anaknya lapar di rumah.Yusuf pun menurunkan istrinya di Simpang Rujak.

Agar sang istri tidak banyak tanya, Yusuf meyakinkan agar bersabar menunggu sebentar. Sebab, ia akan mencari jalan untuk mendapatkan uang.

Biasanya beraksi dengan rekannya, Arif, kali ini ia memilih bertindak sendiri. "Operasi" berburu rezeki pun dimulai. Dari Nagoya ia menyusuri jalanan mencari sasaran. Sampai akhirnya sekitar pukul 19.00 WIB, ia mendapatkan target dekat kawasan DC Mall.

Awalnya, aksinya berjalan mulus dan berhasil merampas tas seorang wanita yang tengah mengendarai sepeds motor. Namun aksinya itu mengundang perhatian masa, Yusuf pun dikejar beramai-ramai.

Yusuf sebenarnya hampir berhasil lepas dari kejaran massa, tapi sayang, sepertinya Tuhan tak rela anak-anak Yusuf makan dari rezeki hasil rampokan itu. Motor Yusuf pun tiba-tiba mogok. Apa mau dikata, massa begitu beringas. Pukulan bertubi pun mendarat di tubuhnya. Kepalanya pun robek cukup panjang dan harus mendapatkan belasan jahitan.

Tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat, Yusuf hanya bisa minta ampun sambil mengatakan jangan pukul lagi. Ia nekat melakukan karena istri tengah hamil. Warga yang mendengar dan bersikap bijak, langsung menghentikan masa yang beringas.

"Sudah cukup, jangan pukuli lagi. Kasihan, biarkan polisi yang menangani lebih lanjut," kata Yusuf menirukan massa yang menangkapnya.

"Mereka juga mengatakan, Tuhan masih sayang sama saya, sehingga mereka mau berhenti menghakimi saya karena menyebutkan istri tengah hamil. Kalau tidak, mungkin saya sudah tidak bernyawa lagi," tuturnya lagi.

Sementara sang istri, masih tetap setia menunggu di Simpang Rujak, hingga malam semakin larut. "Istri saya menunggu sampai pukul 24.00 WIB. Ia baru tahu setelah warga mendatangi istri saya dan mengatakan kalau saya sudah ditahan di Mapolsek Lubukbaja," kata Yusuf dengan wajah menunduk sambil menghela napas panjang.

Yusuf memang meminta tolong warga untuk mencari istrinya. Karena sudah larut malam. Kalau tidak diberitahu warga, mungkin ia masih menunggu dirinya. "Betapa berdosanya saya," sesal Yusuf.

Bukannya mendapatkan uang, justru istrinya menangis histeris. "Saya tidak sanggup melihat istri saat datang bersama warga sambil menangis. Akhirnya ia tahu bagaimana cara saya mendapatkan uang selama ini. Bukannya saya tidak mau mencari nafkah dengan cara halal, tapi keadaaan."

Menjambret sudah ia lakukan sejak delapan bulan lalu, setelah putus kontrak di salah satu perusahaan shipyard di kawasan Tanjunguncang. Yusuf bukannya sosok yang tak memiliki skill. Ia pernah menduduki posisi yang cukup strategis di perusahaan galangan kapal itu.

Tapi, apa hendak dikata. Ekonomi makin sepi, iklim investasi di Batam pun semakin payah. Lebih parah lagi, tidak ada tanda-tanda kondisi ini akan semakin membaik. Yang ada, justru semakin parah-rah.

Padahal, sama-sama kita ketahui, Batam yang dulu disebut kota industri, justru kini sudah berubah menjadi kota nyaris mati suri. Apalagi, kalau bukan karena banyaknya perusahaan industri memilih berinvestasi di negara lain. Yusuf adalah salah satu korban dari pengelolaan Pulau Batam yang semakin amburadul.

Yusuf sejatinya bukanlah tipe ayah yang berpangku tangan. Dengan bermodalkan keterampilan yang dimiliki, semua perusahaan ia jajaki. Hanya saja, hampir semua pintu lowongan kesempatan kerja, telah tutup. Mau kerja apa, proyek tak ada, order pun sepi.

Kalaupun bisa masuk kerja, harus melalui calo. "Untuk ikut tes saja harus bayar Rp 1 juta. Itu belum tentu masuk. Jika sudah masuk, harus membayar lagi Rp 3 juta. Inilah permainan orang dalam perusahaan mencari keuntungan untuk pribadi mereka," ungkap Yusuf.

Keadaan yang memaksa ia tidak bisa mengatakan tidak memiliki uang begitu pulang ke rumah, membuat Yusuf salah langkah. Jalan pintas akhirnya ia anggap pantas. Meski dalam hatinya menangis memberikan nafkah dengan hasil aksinya. Namun hal itu harus dilakukan Yusuf, demi keluarganya tetap sehat.

"Istri saya tidak tahu pekejaan saya. Ia tahunya saya keluar rumah cari uang dengan cara baik-baik. Hati saya sebenarnya perih harus memberikan nafkah itu. Karna saya tahu, cara saya mendapatkannya dengan cara yang salah," ungkapnya.

Diceritakan Yusuf, pertama kali ia melakukannya, batin menolak, tapi harus ia lakukan. Keberhasilan ia raih hingga bisa beraksi puluhan kali, akhirnya berakhir dihadapan hukum.

Menurut Yusuf, hasil jambret yang ia lakukan bukanya banyak. "Kebanyakan kami mendapstkan handphone dan dijual ke konter. Paling mahal Rp 1 juta. Saya bukannya selalu melakukan. Tapi jika memang sudah kepepet, baru beraksi lagi," tambahnya.

Kisah Yusuf adalah pelajaran sekaligus bukti tak terbantahkan. Kebijakan pemerintah yang salah mengurus Batam, akan semakin membuat masyarakat kian sekarat. Lagi-lagi, polisi yang semakin pusing. Padahal, sejatinya tugas membangun iklim investasi dan keamanan Batam yang kondusif, bukan hanya tugas polisi saja, tapi semua pihak.

"Kenyataan yang ada, para pelaku kejatanan nekat beraksi, karena faktor minimnya lapangan pekerjaan. Diharapakn pemerintah juga bisa berperan aktif menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakatnya," harap Kapolresta Barelang Batam, AKBP Hengki singkat.

Masalahnya, apakah pemerintah di Batam dan di Jakarta, mendengar harapan orang nomor satu di Polresta Barelang itu? Atau, mereka membuka mata atas nasib pengangguran seperti Yusuf itu?

Entahlah!

Editor: Dardani