Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

IDI dan PPNI Cabang Lingga Gelar Workshop Penanganan Sakit Jiwa
Oleh : Nurjali
Selasa | 11-04-2017 | 14:14 WIB
Workshop-sakit-jiwa1.jpg Honda-Batam

Workshop Penanganan Sakit Jiwa di Kabupaten Lingga. (Foto: Nurjali)

BATAMTODAY.COM, Dabosingkep - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Cabang Lingga menggelar Workshop penanganan terkini pasien skizofrenia atau penanganan sakit jiwa di Gedung Nasional Dabosingkep pada tanggal 10 - 11 April 2017.

 

Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian dan keluarga Berencana Kabupaten Lingga, dr Muhammad Syamsurizal mengatakan kegiatan ini sangat penting untuk digelar di Lingga. Hal ini mengingat data dari Dinas KPKB Lingga ada kurang lebih 115 orang pasien penderita kelainan jiwa yang harus menjadi perhatian pemerintah, khususnya tenaga kesehatan.

"Kegiatan ini melibatkan dokter dan perawat yang dilatih, untuk merawat dan mendiagnosa pasien yang mengidap skizofrenia ini, dengan harapan kedepan para dokter dan perawat ini dapat melakukan pertolongan penanganan penderita penyakit ini," kata Syamsurizal saat di Konfirmasi, Selasa (11/4/17).

Kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan nrasumber yang berkompeten dibidangnya yang didatangkan langsung dari IDI yaitu Mayor (kes) Wahyudi yang merupakan kepala bagian jiwa Departemen Kejiwaan Rumah Sakit Auri di Yogyakarta serta seorang Dosen di Politeknik Kesehatan Adil Candra.

"Narasumber atau instruktur nantinya akan mempraktekkan bagaiamana cara menangani pasien yang menderita sakit jiwa," sebutnya.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat mengurangi dan mencegah penyakit jiwa tersebut. "Jadi kalau dokter dan perawat sudah paham penanganan masalah ini, rumah sakit jiwa tidak perlu kita adakan lagi, karena penyakit ini dibutuhkan dukungan keluarga dan masyarakat untuk sembuh," sebutnya.

Peserta Workshop selain dilatih mendiagnosa penyakit ini, juga diberikan pembekalan tentang pengetahuan dasar tentang penyakit ini. "Penyakit Depresi ini saat ini jumlahnya tertinggi di dunia, dan berpotensi sebagai bibit penyakit kelainan jiwa," sebutnya.

Editor: Yudha