Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Perusahaan di Jepang Terapkan Libur 3 Hari dalam Sepekan
Oleh : Redaksi
Jum'at | 20-01-2017 | 13:26 WIB
demo-buruh-graha-kepri.jpg Honda-Batam

Ilustrasi buruh. (Foto: Dok Batamtoday.com)

BATAMTODAY.COM, Batam - Kini semakin banyak perusahaan di Jepang yang menerapkan kebijakan tiga hari libur dalam sepekan untuk karyawannya. Perusahaan diminta untuk meningkatkan keseimbangan antara kehidupan dan kerja karyawan, sehingga sejalan dengan anjuran pemerintah dalam reformasi tenaga kerja.

 

Pergeseran dua hari libur per minggu dilakukan agar para karyawan bisa memiliki waktu yang lebih banyak dengan keluarganya, termasuk merawat anak ataupun lanjut usia atau lansia. Dengan demikian akan mengurangi persoalan kekurangan tenaga kerja di negara itu.

Pada 2015, sebanyak 8 persen dari seluruh perusahaan yang disurvei oleh Kementerian Tenaga Kerja memperbolehkan tiga atau lebih hari libur per minggu. Persentase tersebut kini naik tiga kali lipat.

KFC Holdings Jepang adalah salah satu perusahaan besar yang telah mengadopsi inisiatif tersebut. Pada tahun fiskal 2016, KFC mengurangi jam kerja stafnya hingga 20 jam per minggu dan membebaskan mereka mengambil tiga hari libur setiap minggu.

Fast Retailing telah memperkenalkan program tiga hari libur bagi salah satu anak perusahaannya Uniqlo, waralaba pakaian kasual. Yahoo Jepang akan melakukan hal yang sama dalam beberapa tahun ke depan.

Pergeseran serupa terjadi di bisnis yang berkantor di luar wilayah metropolitan Jepang. Operator panti jompo Uchiyama Holdings, yang berkantor di Prefektur Fukuoka akan memperluas program tiga hari libur untuk 81 cabangnya pada akhir fiskal 2016. Program tiga hari libur ditawarkan kepada lebih dari 2.000 pekerjanya.

Seperti yang dilansir Nikkei pada 19 Januari 2017, perusahaan berharap kebijakan baru akan menarik minat kerja, merekrut lebih banyak karyawan baru dan membantu mempertahankan semua staf yang ada.

"Tiga hari libur per minggu biasanya hanya diberlakukan perusahaan besar di masa lalu, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, kekurangan tenaga kerja telah mendorong banyak bisnis di luar kota-kota besar untuk mengadopsi sistem ini," kata Tetsu Washitani, seorang profesor ekonomi di Universitas Chuo.

Dia menambahkan bahwa jika perubahan dapat diadopsi dengan baik dan meminimalkan kenaikan jam kerja sehari-hari, akan meningkatkan efisiensi juga.

Sumber: Tempo.co
Editor: Yudha