Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ada Upaya Masif Benturkan Umat Islam dengan Pancasila
Oleh : Irawan
Senin | 16-01-2017 | 14:14 WIB
Pangi_Syarkawi_Chaniago.jpg Honda-Batam

Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago yang bDirektur Eksekutif Voxpol Center Reseach dan Consulting

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menyayangkan adanya upaya penyebarluasan isu secara masif yang membuat seolah-olah Islam tidak Pancasila, Islam tidak ber-Bhineka Tunggal Ika, Islam tidak NKRI, Islam tidak toleran dan lain sebagainya.

Isu ini dinilainya sebagai upaya adu domba untuk memecah belah ke-Indonesiaan. Sehingga apa yang sudah diraih bangsa ini dengan berbagai kemajemukannya dan sudah berjalan baik, bisa menjadi hancur lebur berantakan.

"Sebenarnya masalah nasionalisme, Islam dan ke-Indonesian sudah clear atau selesai. Islam jelas tidak bertentangan dengan Pancasila, UUD, dan Bhineka Tunggal Ika. Makanya kalau sekarang dibuat seolah-olah Islam anti terhadap semua itu, hanyalah upaya adu domba Indonesia, karena toleransi selama ini sudah berjalan baik, jangan dirusak dengan isu-isu seperti ini," ujar Pangi dalam keterangannya di Jakarta, Senin (16/1/2017).

Pangi pun heran bagaimana bisa muncul ada tuduhan seolah Islam anti Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan anti toleransi. Umat Islam meski mayoritas, lanjutnya, dalam sejarahnya sudah memiliki toleransi yang tinggi. Sehingga ketika perumusan Piagam Jakarta menjadi rumusan Pancasila, umat Islam bisa menerima penghapusan kalimat "Kewajiban bagi umat Islam untuk menjalankan agamanya".

"Belum lagi syarat menjadi presiden dalam rancangan UUD 1945 yang asli bahwa harus orang Islam juga dihapuskan. Umat Islam berjiwa besar dan mengalah menerima hal itu demi mengakomodasi masyarakat dari suku dan agama lainnya di Indonesia dan demi persatuan indonesia. Makanya kalau saat ini umat Islam dan para ulamanhya dituduh anti NKRI, yah jadi aneh saja, jelas mereka yang menggalang isu tersebut tidak memahami sejarah," tegasnya.

Dia pun menyinggung menguatnya wacana soal mengembalikan UUD ke naskah aslinya terutama tuntutan agar syarat menjadi presiden orang Indonesia asli adalah hal yang wajar. Sebab, bunyi UUD yang telah diamandemen sekarang, menyatakan setiap warga negara Indonesia boleh menjadi presiden.

"Kan bisa aja orang asing baru menjadi warga negara mencalonkan dan dicalonkan jadi presiden sementara dia tidak memahami Indonesia sama sekali," tambah Pangi.

Karena itu, dia meminta agar para elit tidak memperuncing isu ini dengan berbagai tuduhan yang negatif terhadap Islam. Islam Indonesia sangat unik karena bisa menyatu dengan demokrasi dan hukum positif yang ada.

"Kalau urusan penistaan agama dibiarkan, malah menurutnya justru ini yang menjadi pemicu perpecahan dan itu justru ini yang hendak dicegah oleh pihat-pihak yang menuntut Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) dijatuhi sanksi pidana dan bukan sebaliknya justru seolah mereka yang hendak memecah belah," katanya.

Jika Islam Indonesia seperti di Arab, maka Ahok bisa jadi sudah dihukum mati. Namun, karena Islam di Indonesia berbeda, karena sudah menyatu dengan hukum dan demokrasi Pancasila.

"Yang dituntut kan hanya penegakan aturan hukum negara terhadap penista agama. Dan kalau umat Islam turun ke jalan itu semata-mata karena membela hukum dan agamanya, bukan karena anti NKRI, anti Pancasila atau anti toleransi. Makanya Megawati (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP) dan pembuat pidatonya saya kira sama-sama tidak mengerti keinndonesiaan dan justru menjadi pemancing perpecahan," tegasnya lagi.

Pangi mengingatkan adanya dugaan upaya untuk membangkitkan sekularisme dan ideologi komunis di Indonesia saat ini. Menyalahkan orang Islam memilih pemimpin Islam atau umat agama lain memilih orang yang seiman, lanjutnya, adalah membenturkan masyarakat yang percaya bahwa negara tidak bisa dipisahkan dari agama.

"Jadi jangan alergi dengan apa yang berbau agama," tandas Pangi Syahrwi Chaniago yang juga menjabat Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach dan Consulting itu.

Editor: Surya