Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Suplemen Bagai Pinjaman Bank, Tubuh Harus Bayar Bunga
Oleh : sn
Senin | 10-10-2011 | 09:36 WIB

BATAM, batamtoday - Seorang nenek buyut sangat kaya, berusia 80 tahun, tetap tegar memimpin sebuah perusahaan besar. Tiga kali sehari sang nenek buyut mengkonsumsi segenggam suplemen mahal, tanpa rajin berolahraga. Nenek itu dan juga lingkungannya mengatakan bahwa kebugarannya itu terjadi akibat suplemen.

Makannya sangat sedikit tetapi badannya agak gemuk dan jalannya memang sudah tidak tegap lagi, tetapi pikirannya masih cemerlang dan semua dokter masih mengatakan, “untuk seusianya, kondisi tubuhnya sangat prima!” Anak-anak dan cucu-cucunya mengikuti jejaknya, mengkonsumsi suplemen banyak-banyak. Namun, tidak satu pun anak dan cucunya yang seberuntung sang nenek buyut. Seorang anaknya meninggal dini karena kanker, bahkan cucunya yang masih berusia 30 tahunan menderita begitu banyak penyakit, dari tidak energik (gampang capai), kolesterol, pernafasan dan gangguan hati.

Ternyata sekolah di negara maju tidak mengubah cara berpikir mereka. Mereka masih berpikir bahwa makanan adalah sumber kesehatan dan tenaga sehingga mereka terus makan banyak-banyak plus suplemen yang juga banyak-banyak. Hasil pemeriksaan laboratorium yang jelek memicu mereka untuk makin mencari suplemen tanpa pernah berpikir bahwa makanan yang mereka konsumsi itu adalah sumber segala mala petaka yang mereka hadapi.

Walau memang benar bahwa vitamin merupakan nutrisi utama untuk menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya kekurangan vitamin, tetapi hanyalah sebuah mitos belaka bahwa “tidak mungkin mendapatkan semua nutrisi yang diperlukan tubuh dari makanan yang kita konsumsi sehingga kita memerlukan suplemen multivitamin untuk mempertahankan kesehatan dan untuk mencegah penyakit”. Suplemen juga tidak bisa digunakan untuk mencegah penyakit kronis dan degeneratif seperti stroke, kanker dan diabetes.

Suplemen vitamin tak akan pernah melindungi kita dari kanker paru-paru dan bahkan akhir-akhir ini terdapat sejumlah penelitian menunjukkan bahwa suplemen vitamin E justru meningkatkan resiko kanker paru-paru. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Washington selama kurun waktu empat tahun oleh Dr. Christoper G. Slatore, tercatat sekitar 78.000 orang dewasa menderita kanker akibat kebiasaan mengkonsumsi vitamin E. Dr Slatore mencatat bahwa tiap penambahan 100 mg vitamin E tiap hari meningkatkan resiko kanker paru-paru sebesar 7% dan resiko itu meningkat 28% lebih banyak dalam sepuluh tahun jika seseorang mengkonsumsi 400 mg vitamin E tiap hari.

Ditemukan juga bahwa sekalipun banyak orang yang mengkonsumsi suplemen antioksidan dengan harapan untuk memperpanjang hidup tetapi yang terjadi sesungguhnya justru meningkatkan resiko kematian dini mereka.

Sementara itu, bagi para mantan perokok, terdapat fakta-fakta yang meyakinkan bahwa sayuran tinggi karotenoid seperti wortel dan kacang polong dapat menurunkan resiko terjadinya kanker paru-paru.

Seperti juga berbagai jenis ramuan, obat dan terapi, suplemen memang bisa sangat bermanfaat bagi mereka yang sangat kekurangan vitamin dan mendesak perlu pertolongan, hanya saja perlu kita sadari bahwa sesungguhnya suplemen tidak akan membuat kita benar-benar sehat. Orang yang sehat adalah mereka yang tidak pernah berpikir menambah suplemen baik itu berupa salep, ramuan atau obat-obatan, karena memang mereka tidak pernah membutuhkannya. Tidak ada suplemen apapun yang diperlukan untuk tubuh yang sehat bukan?

Jika kita sedang loyo, kekurangan energi, jika kita tidak sehat, mengkonsumsi suplemen tidak akan mengubah segala sesuatunya secara permanen. Kesehatan jangka panjang harus kita dapatkan. Tidak ada jalan pintas. Tidak ada obat atau suplemen ajaib. Segala sesuatu yang menjanjikan untuk memulihkan energi dengan cepat dan mudah hanya merupakan stimulan buatan. Stimulan adalah selayak pinjaman ke bank, tubuh harus membayar bunga dan induknya kemudian.

Suplemen yang kita konsumsi dalam jangka panjang hanyalah mengganggu keseimbangan tubuh kita. Suplemen dipromosikan dengan luar biasa tentang kehebatannya karena mengandung sejumlah nutrisi penting, tetapi mereka tidak pernah mengetengahkan akibat sampingannya jika menjadi terlalu banyak atau ketergantungan. Bahkan tidak jarang mereka mengatakan bahwa suplemen tidak punya efek sampingan. Bagaimana mungkin kita bisa tahu berapa kekurangan kita akan suatu vitamin atau nutrisi secara tepat dan mengisinya dengan jenis vitamin dan nutrisi yang tepat sama dengan ukuran yang tepat sama pula? Tubuh akan terpaksa mengeliminasi kelebihan itu dan tidak jarang harus bersusah payah menetralisir dan mengeliminasi zat-zat yang tidak berguna lainnya. Secara sekilas mungkin akan nampak kemajuan yang berarti, tetapi itu sebenarnya hanyalah merupakan sebuah kesehatan yang semu, karena tubuh harus membayar semua kelebihan itu dengan kerja keras yang luar biasa.

Mereka juga melupakan bahwa hanya dengan mengkonsumsi buah organik segar dan sayur organik segar mampu membuat tubuh menjadi sehat yang sesungguhnya. Jika kita melakukan pola makanan mentah organik, kita tidak akan perlu risau akan kebanyakan atau kekurangan vitamin, protein dan karbohidrat karena sesungguhnya sebagian besar orang justru kehilangan semua vitamin dan mineral itu akibat pola makan mereka yang tidak benar.

Makanan mentah organik yang terdiri atas buah dan sayuran bukanlah obat, tetapi sekedar melancarkan tubuh meregenerasi sendiri dan memulihkan diri dari berbagai penyakit. Keajaiban tidak terdapat pada buah organik dan sayur organik mentah itu sendiri, tetapi adalah pada tubuh kita. Dari makanan matang, betapa banyak racun yang terus kita masukkan ke dalam tubuh sehingga tubuh yang luar biasa itupun tak punya kesempatan memperbaiki dirinya sendiri karena terus harus berperang atau mengeliminasi racun yang masuk.

Kita lalu teringat kisah sang nenek buyut di atas. Mungkin, sekalipun tanpa membatasi jenis makanan tetapi karena yang dikonsumsi sangat sedikit maka sang nenek buyut itu tidak memasukkan racun begitu banyak, sekurangnya jauh lebih sedikit ketimbang yang dilakukan oleh anak-anak dan cucu-cucunya. Efek suplemen yang dilihat di lingkungan hanyalah gemuk dan itu justru kelihatan bagus bagi lingkungannya. Soal berjalan tidak tegar, badan tidak tegap, lutut sakit, sulit jongkok, tidak pernah dirisaukannya, karena kata mereka, “memang begitulah penyakit orang tua”.

Apakah kita bisa seberuntung sang nenek buyut? Apakah kita akan terus memaksa tubuh berupaya keras mengeliminasi segala racun dari makanan yang kita konsumsi, seperti: produk hewani, gula, gorengan, tepung dan bumbu-bumbu buatan pabrik? Apakah kita tidak ingin bisa jauh-jauh lebih baik dari sang nenek buyut itu? Apakah kita tidak ingin bisa hidup terus dengan bugar, tegap, segar hingga ajal menjemput kita? Apakah kita tidak ingin menjadi contoh bagi orang-orang yang kita cintai, para sahabat kita dan semua orang agar mereka juga menjadi segar bugar sepanjang masa?