Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

WN Afghanistan di Rudenim Peringati Hari Hitam Pembantaian Taliban
Oleh : Charles/Dodo
Selasa | 04-10-2011 | 17:16 WIB

TANJUNGPINANG, batamtoday - Ratusan penghuni Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Tanjungpinang melakukan aksi peringatan Hari Hitam (Zahra) atas pembantaian warga oleh kelompok Taliban di Afghanistan pada Selasa (4/10/2011).

Menurut Habib, seorang penghuni Rudenim asal Afghanistan kepada wartawan mengatakan peringatan Hari Hitam ini dilakukan sebagai bentuk protes serta seruan mereka kepada PBB agar dapat menyelesaikan pertikaian yang ada di Afghanistan.

"Kami meminta pada PBB agar dapat bertanggung jawab dan menyelesaikan pertikaian di Afghanistan, karena setiap orang memiliki hak hidup dan bebas dari peperangan serta kekacauan," kata Habib.  

Habib juga berkisah, pada hari hitam tanggal 2 Oktober beberapa tahun lalu itu, banyak terjadi pembunuhan dan pembantaian yang mengatasnamankan agama di Pakistan dan Afghanistan, hingga membuat sejumlah orang bahkan dirinya sendiri harus hengkang dan mengungsi dari negaranya serta meminta suka pada negara lain.

Kepala Rudenim Tanjungpinang Sugiyo kepada wartawan mengatakan, pelaksanaan peringatan hari kelamnya warga Afganistan di Rudenim itu dilakukan sebagai bentuk kebersamaan masing-masing pengungsi atas tragedi pembunuhan yang terjadi di negaranya. 

"Mereka melakukan peringatan ini, sebagai solidaritas terhadap tragedi, yang terjadi di negaranya," kata Sugiyo.

Sugiyo menambahkan seharusnya, peringatan Hari Hitam ini akan dilaksanakan  WNA asing di Rudenim itu, pada 2 Oktober kemarin, tetapi karena baru mendapat izin UNHCR, hingga baru saat ini dapat dilaksanakan. 

Hingga saat ini penghuni Rudenim tercatat sebanyak 393 dari pencari suaka dan 88 pengungsi, 7 orang diantara merupakan WNA pencari ikan dan saat ini masih dalam proses deportasi atau pemulangan.  

"Sebagian akan dikembalikan ke negara asal, dan sebagian lainnya akan dikirim ke negara ketiga, dan saat ini hanya tinggal menunggu proses pengiriman," pungkas Sugiyo.