Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Harga CPO Bakal Naik Tinggi Karena Produksi Malaysia Rendah
Oleh : Redaksi
Kamis | 15-12-2016 | 16:26 WIB
cpo.jpg Honda-Batam

Persediaan musim panen CPO pada kuartal-I 2017 yang masih rendah dan mulai pulihnya impor India diramalkan mengerek harga. (Foto: Antara/Wahdi Septiawan)

 

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) diprediksi tetap tinggi hingga 3.300 ringgit per ton karena produksi Malaysia yang lebih rendah dari perkiraan yang disebabkan lemahnya hasil panen.

 

Analis Mandiri Sekuritas Yudha Gautama mengatakan persediaan CPO Malaysia pada November 2016 naik ke 1,66 juta ton, dari 1,57 juta ton pada Oktober 2016. Jumlah itu lebih rendah dari perkiraan yaitu 1,7 juta ton.

“Kami memperkirakan persediaan musim panen pada kuartal-I 2017 masih rendah dan impor India mulai pulih. Kami memprediksi harga CPO diperdagangkan antara 3.100-3.300 ringgit per ton,” ujarnya dalam riset, Kamis (15/12).

Yudha memprediksi persediaan CPO Malaysia masih berada di bawah 2 juta ton sebagai level psikologis hingga kuartal I 2017 karena panen yang rendah serta normalisasi impor India. Secara keseluruhan, lanjutnya, produksi CPO mencapai 15,85 juta ton atau turun 14,6 persen secara tahunan) pada sebelas bulan awal 2016.

“Berdasarkan tren sejarah, kami prediksi penurunan produksi akan berlanjut secara bulanan hingga kuartal I 2017, in-line dengan musim produksi yang rendah,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, ekspor CPO Malaysia masih lemah yaitu 1,37 juta ton pada November 2016, turun 8,6 persen secara tahunan, namun lebih tinggi dari perkiraan Bloomberg yaitu 1,28 juta ton. Hal ini didorong oleh kebijakan India yaitu larangan mata uang, tetapi didukung lebih tinggi oleh impor China yang naik 35,8 persen secara tahunan.

“Kami prediksikan pada Desember 2016 ekspor masih lemah akibat larangan mata uang India,” imbuhnya.

Sementara, pada November 2016 harga kedelai naik sebesar 4,9 persen. Kenaikan ini diprediksi karena kuota biofuel yang lebih tinggi ditetapkan oleh Amerika Serikat serta lonjakan harga minyak mentah karena pemangkasan produksi oleh OPEC.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Dardani