Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rusia Sebut Mata-mata Asing Coba Retas Sistem Bank Negara
Oleh : Redaksi
Sabtu | 03-12-2016 | 09:38 WIB
cyberbyreuters.jpg Honda-Batam

Ilustrasi hacker. (Foto: Reuters/Kacper Pempel)

 

BATAMTODAY.COM, Moskwo - Badan Intelijen Dalam Negeri Rusia (FSB) tengah berupaya menggagalkan rencana mata-mata asing untuk meretas sistem perbankan negara mereka.

 

"FSB melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menetralkan ancaman terhadap keamanan informasi dan keuangan Rusia," demikian kutipan pernyataan resmi FSB seperti dilansir Reuters, Jumat (2/12).

Melalui pernyataan resminya, FSB menyatakan bahwa serangan itu direncanakan dilancarkan pada 5 Desember mendatang dengan target beberapa bank besar dan kecil di sejumlah kota di Rusia.

"Serangan siber itu rencananya akan dilakukan dengan mengirim banyak pesan singkat dan puiblikasi di media sosial yang bernada provokatif terkait krisis di sistem perbankan Rusia, kebangkrutan, dan penarikan lisensi," tulis FSB.

Menurut FSB, serangan siber itu berpusat di Belanda, menggunakan akses dari perusahaan jaringan internet Ukraina, BlazingFast. Namun, mereka tak menyebut secara rinci mata-mata negara mana yang merencanakan serangan tersebut.

Direktur BalzingFast, Anton Onoprichuk, mengatakan bahwa perusahaannya sama sekali tak pernah dihubungi oleh pihak FSB maupun badan intelijen lainnya. Ia pun menanti informasi lebih lanjut agar perusahaannya dapat melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Ketika ditanya ihwal kemungkinan peretasan dengan skema yang dijabarkan FSB, Onoprichuk berkata, "Secara teknis, itu mungkin. Dapat dikerjakan oleh perusahaan mana pun, di mana kalian meminjam jaringan. Kalian dapat menyerang apa pun dan 99 persen kasus hanya diketahui setelah terjadi."

Belakangan ini, Rusia sedang dalam siaga tinggi terhadap serangan siber, terutama setelah beberapa pejabat Amerika Serikat menuding Kremlin terlibat dalam peretasan terhadap jaringan surat elektronik Partai Demokrat selama masa pemilihan umum presiden.

Sejak saat itu, terdapat beberapa serangan siber terhadap sejumlah institusi Rusia. Namun hingga kini, belum ada bukti jelas bahwa rangkaian serangan tersebut berkaitan dengan hubungan antara AS dan Rusia.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Dardani