Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sekjen MPR Berkesempatan Petik Langsung Buah Primadona Banyuwangi dari Pohonnya
Oleh : Irawan
Minggu | 27-11-2016 | 11:30 WIB
sekjennagampr.jpg Honda-Batam

Sekretaris Jenderal MPR Maruf Cahyono berkesempatan memetik buah naga dari pohonnya langsung ditemani Sugirah, salah seorang petani sukses.

BATAMTODAY.COM, Banyuwangi - Diversifikasi pertanian telah membuat kesejahteraan hidup petani di Banyuwangi Selatan semakin membaik. Melalui penganekaragaman jenis usaha itu, Banyuwangi tak lagi dikenal dengan buah buah manggisnya yang melenggenda tetapi memiliki primadona lain yaitu buah naga. Pada kesempatan ini, Sekretaris Jenderal MPR Maruf Cahyono berkesempatan memetik buah naga dari pohonnya langsung ditemani Sugirah, salah seorang petani sukses.

H. Sugirah, salah seorang petani sukses yang bermukim di Bali selatan menjadi contoh petani sukses yang mengubah pertanian padi sawah menjadi petani Buah Naga dan Buah Jeruk di lahan perkebunan. “Perubahan dari padi sawah menjadi petani Buah Jeruk dan Buah Naga dalam pertanian perkebunan telah membuah keuntungan kami menjadi sepuluh kali lipat,” kata H. Sugiharto di rumahnya saat menerima kunjungan rombongan Sosilaisasi 4 Pilar MPR RI di Banyuwangi selatan, Jawa Timur, Sabtu (26/11/2016) petang

Berkat keberhasilannya mengembangkan buah naga, Kabupaten Banyuwangi kerap menjadi barometer perkembangan hortikultura di skala provinsi dan nasional. Jauh sebelumnya, Banyuwangi juga populer dengan pamor buah jeruk yang melesat dalam dekade terakhir.

Di rumahnya, H. Sugirah sengaja menyuguhi manisnya buah jeruk dan buah naga kepada semua tamu yang hadir. Bahkan, dia mempersilahkan kami memetik sendiri buah naga di samping rumahnya.

Menurut anggota DPRD Kabupaten Banyuwangi dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini, berkat mengembangkan usaha buah naga, lahan pertaniannya yang semula hanya beberapa bidang lahan saja kini sudah berkembang menjadi 60 bidang lahan pertanian yang jumlahnya mencapai puluhan hektar.

Jenis buah naga yang banyak dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Banyuwangi adalah buah naga merah. Prospek yang menjanjikan terbukti memberikan keuntungan yang tinggi secara komersial, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan petani. Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah naga dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring pertambahan penduduk, peningkatan pendapatan/daya beli konsumen serta berkembangnya perspektif mengenai pentingnya pemenuhan gizi masyarakat.

H. Sugirah merupakan salah satu petani yang berhasil menekuni usaha tani buah naga. Dengan ketekunan mempelajari usaha buah naga pengembangan buah naga juga tidak lagi mengenal musim. Petani di Banyuwangi selatan pun saat ini bisa memanen buah nega di luar musim, dengan cara menyinari kebun setiap malam. Hasil panennya pun lebih banyak.

Seperti kebun yang dimiliki H. Sugirah, dengan luas kebun yang cukup luas, dia berhasil memanen buah naga tiap seminggu sekali. Buah naga kini menjadi primadona baru bagi petani di daerah selatan Banyuwangi. Di lahan kering yang dahulu sulit ditanami padi, kini mudah ditanami buah naga. Di sepanjang jalan, buah naga banyak dijumpai siapapun yang melintas karena hampir semua pekarangan warga di wilayah selatan Banyuwangi, seperti Kecamatan Bangorejo, Tegal Dlimo, Pesanggaran, Purwoharjo, dan Siliragung menanam buah naga. Tak heran saat panen raya, jalan-jalan di kawasan itu ramai oleh lalu lalang pikap pengangkut buah naga.

Kini, luas lahan buah naga pun bertambah. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Banyuwangi, pada 2013 luas tanaman buah naga tercatat baru 678 hektar, tetapi pada 2014 telah menjadi 1.152 hektar. luas lahan pertanian buah naga kini semakin banyak dengan pertanian pertanian pekarangan rumah.

Sifat buah naga yang tak cepat busuk membuat seluruh panen terserap oleh pasar. Buah ini juga cepat terserap oleh pasar yang penggemar buah yang sarat dengan kandungan gizi padat ini digemari masyarakat di Indonesia. “Pertanian Banywangi kini semakin beragam dan mulai terpola. Untuk pertanian sawah padi, umumnya banyak dijumpai di tengah wilayah Banyuwangi, sedangkan untuk buah naga, jeruk, juga jenis hortikultura lainnya seperti cabai, jagung, lebih banyak ditanam petani pinggiran seperti di daerah Banywangi selatan,” terang politisi PDIP.

Dia mengakui, keberhasilan pertanian di Banyuwangi telah menjadikan kabupaten yang berada di ujung timur Pulau Jawa ini telah menjadikan daerah yang menjadi salah satu lumbung pangan nasional di Jawa Timur. Banyuwangi memiliki peran strategis dalam memberikan kontribusi produksi pangan nasional. Sektor pertanian di Banyuwangi tidak hanya berperan terhadap ketahanan pangan tetapi juga mempunyai andil yang sangat besar terhadap sumber pendapatan, kesempatan kerja, serta perekonomian regional maupun nasional.

Editor: Surya