Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Rupiah Anjlok, BI Siap Begadang Jaga Pasar
Oleh : Redaksi
Sabtu | 12-11-2016 | 10:30 WIB
BI1.jpg Honda-Batam

Bank Indonesia.

BATAMTODAY.COM, Batam - Bank Indonesia (BI) menegaskan bakal terus berada di pasar dan melakukan intervensi untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Sebelumnya, nilai tukar rupiah anjlok pada perdagangan hari ini dan sempat menyentuh Rp13.865 per dolar atau melemah hingga 5,55 persen dari Rp13.138 per dolar. Pelemahan hari ini merupakan yang terparah sejak September 2011.

Sementara di kawasan Asean, dolar AS juga menguat terhadap ringgit Malaysia, peso Filipina dan baht Thailand.

"Tadi dalam rangka stabilisasi di pasar, BI hadir di dua pasar sekaligus yaitu di pasar valuta asing (valas) dan Surat Berharga Negara (SBN)," tutur Deputi Gubenur Senior BI Mirza Adityaswara saat ditemui di kompleks BI, Jumat (11/11).

"Setelah BI umumkan membeli SBN dan hadir di pasar valas saya lihat tadi terakhir Rp13.250, Rp13.300. Jadi pasarnya sudah membaik," tambahnya.

Menurut Mirza, pelemahan rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini hanya bersifat sementara. Pernyataan Mirza terkonfirmasi dengan nilai tukar rupiah ditutup di level Rp13.383 per dolar AS, atau turun 245 poin (1,86 persen) setelah bergerak di kisaran Rp13.233-Rp13.873.

Selain itu, pelemahan tadi siang juga tidak mencerminkan nilai rupiah sesuai dengan fundamental ekonomi domestik yang diyakininya masih baik.

"Kurs dibuka Rp13.400 terus sampai ke Rp13.800, sehingga kan sangat tidak mencerminkan fundamentalnya," ujarnya.

Membaiknya fundamental ekonomi domestik tercemin dari pertumbuhan ekonomi kuartal III 2016 yang bisa mencapai 5,02 persen, atau terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Filipina, 6 persen.

Kemudian, defisit neraca transaksi berjalan kuartal III 2016 juga turun menjadi 1,83 persen dari Produk Domestik Bruto. Tak hanya itu, surplus neraca pembayaran Indonesia juga mengalami kenaikan dari US$2,2 miliar menjadi US$5,7 miliar.

Mirza mengungkapkan, melemahnya rupiah dipicu oleh reaksi pasar atas ketidakpastian yang terus berkembang di AS pasca kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden AS.

"Pasar itu kalau sudah naik banyak, terus ada analisis negatif supaya punya alasan untuk jual. Saya kan bekas orang pasar saya tahu analisis seperti itu. Kalau harga sudah turun banyak, baru nanti dibuat alasan bagus banget, pasar itu begitu," jelasnya.

Aksi Goreng Isu

Di luar negeri, kata Mirza, rupiah diperdagangkan dalam transaksi pasar non deliverable forward (NDF) yang dipicu oleh perkembangan nilai tukar mata uang negara lain dan tidak mencerminkan fundamentalnya.

"Para trader melihat currency melemah sehingga pagi tadi rupiah dibuka Rp13.400, mengikuti apa yang terjadi di Meksiko, Brazil, dan lain-lain, semalam," ujar dia.

Selain itu, kata Mirza, pelemahan rupiah juga karena ada kekhawatiran pasar bahwa Indonesia akan melakukan kebijakan tertentu di pasar uang dengan perdagangan rupiah di pasar uang seperti yang dilakukan oleh negara lain. Namun, Mirza membantah rumor itu dengan tegas.

"Saya tegaskan bahwa Indonesia tidak akan melakukan pembatasan-pembatasan perdagangan valas di pasar uang, di pasar antar bank karena yang paling terbaik adalah membiarkan pasar berjalan dengan baik," ujarnya.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha