Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tinggal Dekat Jalan Raya Rentan Terkena Stroke
Oleh : Redaksi
Kamis | 27-10-2016 | 10:50 WIB
ilustrasi-stroke1.jpg Honda-Batam

Penghuni Rumah Dekat Jalan Raya Rentan Kena Stroke. (Foto: Ilustrasi)

BATAMTODAY.COM, Batam - Mendapatkan rumah di kawasan yang strategis seperti di dekat jalan raya sering dianggap sebuah keuntungan. Terlebih bagi mereka yang berencana membuka usaha seperti toko.

Namun konsep tersebut ternyata tak hanya membawa keuntungan, namun juga kerugian. Seperti yang diungkapkan oleh kelompok peneliti yang berasal dari Norwegia, Swedia, Denmark, Jerman dan Spanyol.

Mereka menemukan bahwa tinggal di dekat jalan raya berpotensi membuat seseorang terkena stroke. Melansir Daily Mail, peneliti mendapati bahwa asap lalu lintas dan kebisingan meningkatkan risiko terkena hipertensi yang dapat berujung serangan jantung atau stroke.

Penelitian besar tentang dampak polusi udara dan suara yakni menemukan bahwa orang yang tinggal di daerah yang berpolusi berpotensi 22 persen terkena hipertensi dibandingkan mereka yang tinggal di daerah rendah polusi.

Hal ini sama saja seperti orang dengan bobot ideal mengalami penyakit yang sama dengan mereka yang obesitas. Penelitian ini dilakukan di lima negara, melibatkan 41 ribu orang dan dilakukan selama sembilan tahun.

Dari penelitian ini ditemukan juga bahwa mereka yang tinggal atau terbiasa berada di jalan terbising dengan rata-rata sebesar 50 desibel saat malam hari, memiliki peluang terkena hipertensi enam persen lebih tinggi dibanding mereka yang tinggal di daerah tenang.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kebisingan jalanan di kala malam adalah 40 desibel.

"Temuan kami menunjukkan dampak jangka panjang terpapar polusi udara dan suara yang terkait dengan kejadian hipertensi lebih tinggi dan asupan obat anti-hipertensi," kata pemimpin studi, profesor Barbara Hoffman dari Heinrich-Heine-University of Dusseldorf, Jerman.

"Mengingat kasus polusi menjadi hal yang banyak terjadi dan pentingnya kesadaran akan hipertensi sebagai faktor risiko penyakit jantung, hasil ini memiliki konsekuensi penting bagi kesehatan masyarakat dan meminta regulasi kualitas udara yang lebih ketat," lanjutnya.

Namun para peneliti mengatakan perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memahami lebih mendalam bagaimana polusi udara dan suara dapat meningkatkan tekanan darah dan dampak pentingnya terhadap penyakit jantung.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Ikron, I Made Djaja dan Ririn Arminsih Wulandari dari Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia juga menemukan dampak lain dari polusi suara jalanan yang ramai.

Ikron dan kawan-kawan menemukan anak Sekolah Dasar yang bersekolah dekat dengan jalanan bising lebih dari 61 desibel berisiko 10 kali lipat mengalami gangguan kesehatan psikologis dibanding mereka yang bersekolah dengan tingkat kebisingan kurang dari 61 desibel.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Makara Kesehatan pada 2007 silam tersebut mengambil bahan uji di kawasan Cipinang Muara, Jatinegara, Jakarta Timur.

Penelitian itu mencatat, jarak nol meter dari Jalan Raya Cipinang Muara memiliki kebisingan hingga 76 desibel, jarak 50 meter dari jalan sebesar 62 desibel. Literatur lain mencatat rata-rata kebisingan di Jabodetabek di atas 70 desibel.

Padahal, standar baku tingkat kebisingan maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah adalah 45 hingga 55 desibel untuk pendidikan, perumahan, rekreasi, dan sejenisnya.

Beberapa gangguan psikologis yang dapat diakibatkan polusi suara adalah gangguan belajar, istirahat, beribadah dan tidur. Selain itu, ada juga gangguan kenyamanan, komunikasi, konsentrasi, serta mudah kesal.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha