Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Waspadai Modus Baru Kelompok Teroris Dunia
Oleh : Redaksi
Senin | 17-10-2016 | 15:38 WIB
terorismbarubyoke.jpg Honda-Batam

Ilustrasi terorisme global. (Foto: Okezone)

Oleh Julius Oksy P.H

DEWASA ini, isu terorisme telah menjadi perbincangan serius di kalangan elit pemerintahan seluruh negara di dunia. Hal ini dikarenakan eksistensinya yang dapat menyerang siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal waktu. Saat ini hampir seluruh kasus terorisme yang terjadi di berbagai belahan dunia selalu mengatas namakan jihad.

 

Semakin banyak umat Islam yang direkrut dan bergabung ke kelompok teroris dengan “iming-iming” jihad, namun jihad yang mereka lakukan lebih menjurus ke arah terorisme. Hal ini dikarenakan masih adanya umat Islam yang berpikir bahwa dengan melakukan tindakan yang menurut mereka adalah jihad akan mengantar mereka kepada kehidupan yang lebih baik di surge. Padahal pada kenyataannya, jihad yang mereka lakukan adalah membunuh saudaranya sendiri, membunuh orang lain, dan melakukan bom bunuh diri untuk kepentingan mereka sendiri.

Di Indonesia sudah banyak kasus terorisme yang menjadi pemberitaan dunia, di antaranya kasus pembajakan pesawat DC-9 Woyla pada tahun 1981 oleh sekelompok teroris, lima tahun berlalu pada tahun 1985 terjadi serangan teroris di Candi Borobudur Magelang, pada tahun 2000 terjadi 4 kali serangan teroris dengen meledakkan Kedubes Filipina dan Malaysia pada Agustus, ledakan di Gedung Bursa Efek Jakarta pada September, dan serangkaian peledakan bom di beberapa kota Indonesia pada Desember.

Selain itu juga terdapat serangan bom teroris yang paling heboh yang pernah terjadi di Indonesia, yaitu bom Bali I pada tahun 2002, bom JW Marriott pada tahun 2003, bom Bali II pada tahun 2005, bom Hotel Ritz-Carlton dan JW Marriott pada tahun 2009, dan yang terakhir bom Plaza Sarinah Jakarta pada 14 Januari 2016 lalu.

Sejarah kelam kasus terorisme di Indonesia yang pernah terjadi, tidak membuat para teroris jera dan mengakhiri aksinya. Cara-cara tersebut di atas sudah tergolong “kuno” dan di dunia terorisme, namun pada 15 Juli 2016 lalu terdapat modus baru yang dilakukan kelompok teroris di Prancis, yaitu dengan menggunakan truk. Truk besar dikemudikan dengan sangat cepat dan diarahkan ke kerumunan warga Prancis yang sedang melakukan pawai dalam acara Bastille Day.

Selain itu, kelompok teroris juga sering melakukan aksi teror di sejumlah rumah-rumah ibadah yang mereka anggap tidak sejalan dengan alirannya. Kelompok teroris menganggap musuh terbesar mereka adalah umat Yahudi, namun tak jarang mereka juga kerap menyerang umat nasrani yang tidak berdosa. Melakukan teror di rumah ibadah hingga pengeboman di gereja juga pernah dilakukan oleh sekelompok teroris. Hal tersebut tentunya akan menyulut api konflik antar agama. Maka dari itu, tindakan terorisme yang semakin membesar dapat membahayakan kerukunan antar umat beragama di Indonesia, maupun di seluruh dunia.

Jika kita berkaca pada pengalaman yang pernah terjadi, perkembangan zaman juga berdampak pada perkembangan kelompok teroris yang ada di Indonesia maupun dunia. Jika dilihat pada sejarahnya, Indonesia memiliki kelompok teroris yang paling berbahaya di hutan Poso, Sulawesi Tengah, namun saat ini muncul kelompok teroris baru kelas dunia dengan nama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang meneror hampir di seluruh belahan dunia.

Dan yang lebih menghebohkan lagi, kelompok teroris ini juga mengklaim berbagai aksi pengeboman dan teror di berbagai dunia sebagai tindakan mereka. Hal ini menunjukan bahwa kelompok teroris saat ini sudah semakin berani menunjukan jati diri mereka di hadapan dunia.

Namun ada cara untuk mencegah terorisme agar tidak semakin menjamur di Indonesia, antara lain:

1. Memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar.

Pengenalan ilmu pengetahuan ini menjadi sangat penting karena berperan sebagai dasar dari konsep pemikiran seseorang. Hal seperti ini seharusnya dipahami oleh siapapun, terkhusus para generasi muda. Mengapa demikian? Karena pemikiran anak muda yang masih mencari jati diri mereka dan selalu ingin tahu, sehingga hal tersebut sangat cocok jika doktrin-doktrin positif mulai diberikan kepada mereka.

2. Memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar.

Setelah memperkenalkan ilmu pengetahuannya, maka langkah selanjutnya adalah memahamkan ilmu tersebut dengan baik dan benar. Sehingga apabila pemahaman ilmu pengetahuan umum maupun agama sudah baik, maka kekokohan pemikiran akan semakin kuat.

3. Meminimalisir kesenjangan sosial.

Kesenjangan sosial di antara sesama masyarakat juga dapat memicu munculnya benih-benih terorisme. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menjaga hubungan baik dengan sesama. Menjalin komunikasi yang baik secara intens juga akan meningkatkan rasa kepedulian antar sesama. Hal inilah yang akan kita capai kedepannya untuk mencegah munculnya bibit-bibit baru kelompok teroris.

4. Menjaga persatuan dan kesatuan.

Dengan latar belakang yang sangat beragam maka rasa persatuan dan kesatuan ini harus dipupuk dengan baik. Hal yang sangat sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan ikut ambil bagian dalam setiap kesempatan kegiatan yang digelar lingkungan. Dengan begitu akan membentuk suatu interaksi positif yang akan meningkatkan nilai persatuan dan kesatuan di masyarakat.

5. Mendukung aksi perdamaian.

Aksi perdamaian ini dimaksudkan sebagai sarana pencegahaan kejahatan terorisme yang mungkin terjadi. Jika kasus terorisme sudah terjadi, maka aksi perdamaian ini dilakukan agar tindakan tersebut tidak menimbulkan dapak yang lebih luas lagi sehingga dapat dihentikan. Sebagai masyarakat biasa, langkah yang dapat dilakukan adalah dengan mendukung langkah-langkah pemerintah dalam melakukan aksi perdamaian melawan teroris.

6. Berperan aktif dalam melaporkan radikalisme dan terorisme.

Sebagai warga Indonesia yang baik, maka setiap masyarakat diharapkan mampu menjadi mata dan telinga yang aktif. Langkah sederhana yang dapat dilakukan masyarakat adalah dengan melaporkan kepada aparat keamanan setempat jika terdapat aktivitas orang tidak dikenal yang mencurigakan. Hal ini merupakan suatu upaya pencegahan aktivitas kelompok teroris yang lebih besar dan membahayakan orang banyak.

7. Meningkatkan pemahaman akan hidup kebersamaan.

Toleransi dan solidaritas yang tinggi tentunya diperlukan untuk membentuk Negara yang kuat dan bebas kasus terorisme. Dengan meningkatkan toleransi kepada sesame pemeluk agama, masyarakat telah membantu pemerintah dalam upaya pencegahaan tindakan terorisme.

8. Menyaring informasi yang didapat.

Memilih informasi yang baik dan yang buruk juga sangat penting dilakukan, hal ini bertujuan agar informasi yang diperoleh tidak “simpang-siur” atau bahkan sesat. Sulit memang membedakan berita yang mengandung propaganda ataupun tidak, namun pembaca diharapkan mampu menjadi pembaca yang cerdas dalam memilih berita. Jika memang pemberitaan itu bersifat negatif dan menyudutkan salah satu pihak, pembaca juga harus melakukan check, recheck, dan crosscheck guna menghindari propaganda.

9. Ikut aktif menyosialisasikan radikalisme dan terorisme.

Langkah terakhir ini merupakan langkah yang sifatnya persuasif atau mengajak masyarakat lain untuk memahami bahaya serta dampak dari perbuatan radikalisme dan terorisme. Dimulai dari melakukan sosialisasi tentang apa itu radikalisme dan terorisme, hingga pada saatnya akan ada banyak orang yang mengerti bahayanya aliran-aliran pemikiran radikal dan teroris. *

Penulis adalah Pengamat Terorisme