Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Lagi, Duterte Kutuk Presiden AS, Go To Hell, Obama!
Oleh : Redaksi
Rabu | 05-10-2016 | 15:38 WIB
dutertereuters.jpg Honda-Batam

Duterte memiliki riwayat panjang mengumpat para tokoh dunia dengan kata-kata yang dianggap tak pantas. (Foto: Reuters)

BATAMTODAY.COM, Manila - Presiden Amerika Serikat Barack Obama bisa "pergi ke neraka", karena kecamannya terhadap perang brutal yang dilancarkan Filipina terhadap narkoba, kata Presiden Rodrigo Duterte.

Sementara Uni Eropa -yang juga mengecam mereka-- "lebih baik memilih api penyucian, purgatori, karena neraka sudah penuh," kata Duterte.

Dalam pidato kepada para pejabat lokal dan eksekutif bisnis, Duterte mengatakan kecewa kepada AS karena mengecam taktik Filipina dalam memerangi perdagangan narkoba. Dia juga menyebut Washington sebagai sekutu yang tidak dapat diandalkan.

"Bukannya membantu kita, yang pertama mengecam justru adalah departemen luar negeri AS. Jadi Anda dapat pergi ke neraka saja, Obama. Silakan Anda pergi ke neraka."

Dalam kesempatan lain Duterte memperingatkan lagi: "Nantinya mungkin, sewaktu saya menjabat, saya akan putuskan hubungan dengan Amerika. Dan saya mungkin lebih suka berhubungan dengan Rusia dan Cina."


Duterte juga mengungkapkan bahwa karena AS menolak untuk menjual senjata ke Manila, ia akan gampang membelinya di tempat lain.

"Jika Anda tidak mau menjual senjata kepada kami, saya akan pergi ke Rusia. Saya akan mengirim para jenderal ke Rusia dan Rusia mengatakan, "Jangan khawatir, kami punya semua yang Anda butuhkan, kami akan memberikannya kepada Anda".

"Dan kalau Cina, mereka akan mengatakan, "Cukup datang dan tandatangani dan semuanya akan dikirimkan," kata Presiden Duterte.

Menanggapi hal itu, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan: "(Hubungan AS dan Filipina) ini adalah sebuah aliansi yang kuat dan yang menguntungkan kedua negara. Garis diplomatik komunikasi antara Amerika Serikat dan Filipina tetap terbuka."

"Namun, kendatipun kita akan melindungi aliansi yang kuat ini, pemerintah Amerika Serikat tidak akan ragu untuk mengungkapkan keprihatinan tentang pembunuhan ekstra-yudisial."

"Kami belum menerima komunikasi formal apa pun dari pemerintah Filipina tentang perubahan penting menyangkut hubungan bilateral kedua negara."

Umpatan Duterte dilontarkan justru saat Amerika Serikat dan Filipina mulai melangsungkan latihan militer bersama. Filipina, pernah menjadi koloni Amerika Serikat, memiliki hubungan pertahanan jangka panjang dengan Washington.

Namun pekan lalu Duterte mengatakan bahwa latihan militer ini akan menjadi latihan militer gabungan terakhir di masa jabatannya, meskipun kemudian menteri pertahanan Filipina mengatakan tidak ada perintah resmi untuk itu.

Dia juga mengatakan akan meninjau lagi pakta pertahanan AS-Filipina yang ditandatangani dua tahun lalu, yang antara lain menetapkan penempatan tentara tambahan AS ke Filipina.

Pakta itu dipandang penting bagi AS untuk menghadapi aktivitas Cina di Laut Cina Selatan.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani