Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kepri Masih Jadi "Tong Sampah" Limbah Kapal Tanker
Oleh : Habibie Khasim
Rabu | 05-10-2016 | 13:50 WIB
limbah-minyak-hitam-di-bintan.gif Honda-Batam

Limbah hitam minyak tanker yang sudah mengeras menyelimuti bebatuan dan tanah di daratan Bintan (Sumber foto: batampos.co.id)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang dikelilingi laut dan berbatasan dengan laut internasional, menjadi salah satu wilayah yang sering dilewati kapal-kapal besar. Namun, letak strategis bukan memberikan manfaat. Sselama ini Kepri ternyata malah menjadi "tong sampah" pembuangan limbah kapal tanker yang lalu lalang di perairan internasional.

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Pengelolaan Limbah Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bintan Yuliman Gawal mengatakan, akibat limbah kapal tanker yang dibuang di perairan Internasional tersebut, sebagian besar laut Kepri tercemari dan merugikan masyarakat Kepri.

"Limbah-limbah ini sudah kita rasakan setiap tahunnya, terlebih pada saat musim angin utara," kata Yuliman, saat ditemui di RRI Tanjungpinang, Rabu (5/10/2016).

Kabupaten Bintan yang mengandalkan laut sebagai destinasi wisata, kata Yuliman, sangat dirugikan. Pasalnya, wisatawan yang berlibur ke Bintan selalu mengeluhkan limbah minyak sisa kapal tanker.

"Tak hanya masyarakat yang sebagian besar berprofesi nelayan, para wisatawan asing yang berlibur ke Bintan juga sangat dirugikan. Sehingga kita khawatir kunjungan wisata akan berkurang," ucapnya.

Saat ini kata Yuliman, sebagian besar wilayah laut Kepri yakni Bintan Utara, Bintan Timur, Pantai Lagoi, Berakit, Sakera, sebagian pantai Batam dan Karimun sudah tercemari limbah minyak sisa kapal tanker yang lalu lalang di perairan internasional tersebut.

"Berbagai upaya sudah kita lakukan untuk menyelamatkan laut kita ini dari pencemaran limbah mereka. Namun hingga kini koordinasi kita dengan pihak-pihak terkait masih belum ada solusi. Kita harapkan Kementerian BLH bisa segera mengatasi permasalahan ini," ungkapnya.

Memang setiap musim utara di beberapa daerah di Bintan dan pulau-pulau kecil yang masuk wilayah Batam serta Karimun mengalami hal tersebut. Tidak hanya pemerintah, masyarakat pun mengeluh karena laut mereka tercemar dan susah sekali mencari ikan saat limbah tersebut mulai mengotori laut desa mereka.

"Setiap tahun, mau mengadu kemana pun tidak tahu, bahkan kadang minyak itu sudah bergumpal-gumpal, naik ke pantai, dan banyak juga wisatawan yang terpijak minyak ini. Kalau menurut kami sangat mengganggu," ujar salah satu warga di Kawal, Bintan, Mulyadi saat dihubungi, Rabu (5/10/2016).

Mulyadi sebagai warga Bintan juga sangat mengharapkan kapal-kapal tersebut ditegur dan diberikan peringatan.

Editor: Udin