Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Amnesti Pajak Dapat Mendongkrak Peringkat Investasi Indonesia
Oleh : Redaksi
Sabtu | 01-10-2016 | 13:02 WIB
taxamanesty.jpg Honda-Batam

Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) diyakini dapat mendongkrak peringkat investasi Indonesia (Foto: net)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Tim Ekonom DBS Bank memperkirakan lembaga pemeringkat internasional, Standard and Poors (S&P), akan mengerek peringkat utang atau investasi Indonesia menjadi layak investasi. Dengan catatan, dana repatriasi dan tebusan amnesti pajak meningkat, sesuai target pemerintah.

"Dana repatriasi juga akan menjaga daya tahan rupiah terhadap terpaan volatilitas global dan kenaikan suku bunga Federal Reserve AS (The Fed)," kata ekonom Philip Wee, Senior DBS Group Research, seperti dilansir ANTARA, Jumat (30/9).

Sebagai informasi, dari tiga lembaga pemeringkat internasional, yakni S&P, Fitch Ratings, dan Moodys Investor Service, hanya S&P yang belum memeringkat Indonesia sebagai layak investasi (investement grade).

Menurut Philip, selain untuk menggenjot penerimaan negara dan membiayai proyek infrastruktur, dana tebusan amnesti pajak juga bakal memperbaiki kredibilitas fiskal pemerintah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sehat.

Dana tebusan amnesti pajak, menurut dia, dapat menjadi andalan Pemerintah untuk menjaga defisit APBN agar lebih terkendali dan tidak melebar pada akhir tahun.

Derasnya dana repatriasi amnesti pajak yang masuk, di samping kondisi fundamental ekonomi domestik yang membaik, membuat DBS menurunkan proyeksi rentang perdagangan rupiah terhadap dolar antara 5,5 persen hingga 6,1 persen. Diperkirakan, dolar AS tidak akan menembus level Rp14.000 dalam satu tahun ke depan.

"Kendati demikian, rupiah tidak berarti kebal terhadap pergerakan mata uang global. Contohnya, ketika Tiongkok mendevaluasi mata uangnya pada Januari tahun ini, rupiah kembali terdepresiasi. Begitu pula ketika rakyat Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit) pada Juni lalu," tutur Philip.

Ia menegaskan, rencana kenaikan suku bunga The Fed akan tetap memengaruhi pergerakan rupiah ke depan. Faktor volatilitas rupiah ke depan, kata dia, berasal dari utang luar negeri yang terus meningkat, serta cadangan devisa yang masih rendah.

"Tekanan jual terhadap rupiah dapat balik lagi, jika utang luar negeri jangka pendek dan defisit transaksi berjalan memburuk lagi," terang Philip.

Sejalan dengan itu, kondisi fundamental ekonomi domestik juga telah meningkatkan kepercayaan investor. Pertumbuhan ekonomi yang kembali ke rentang lima persen, inflasi dan defisit neraca transaksi berjalan yang terjaga membuat kepercayaan terhadap prospek ekonomi Indonesia meningkat.

"Faktor-faktor ini yang memberikan kontribusi pada ketahanan rupiah selama periode volatilitas global tahun ini," pungkasnya.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha