Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Masih Trauma, Pengunjung Pulau Penyengat Menurun
Oleh : Habibie Khasim
Senin | 12-09-2016 | 17:38 WIB
Pelabuhan-pompong-ke-Pulau-Penyengat.gif Honda-Batam

Pengunjung tempat wisata Pulau Penyengat Tanjungpinang pada Hari Raya Idul Adha tahun ini menurun, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. (Foto: Habibie Khasim)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Tidak seperti biasanya, pengunjung tempat wisata Pulau Penyengat Tanjungpinang pada Hari Raya Idul Adha tahun ini menurun, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. 

Menurut pengakuan dari penambang pompong tujuan Penyengat, Ijul, mengatakan bahwa memang kebanyakan masyarakat atau wisatawan masih trauma dengan kejadian tenggelamnya pompong yang menewaskan 15 orang belum lama ini.

Ijul juga menduga, menurunnya pengunjung dikarenakan cuaca yang kurang baik. Karena memang, sejak pagi hingga sore hari, langit Tanjungpinang mendung serta turun hujan dan beberapa kali disertai angin kencang.

"Tapi memang, lebaran haji sekarang ini ada yang datang, cuma tidak ramai seperti biasanya. Cuaca juga seperti ini, orang masih trauma, jadi sepi," tutur Ijul saat ditemui di Pelabuhan Penyengat, Senin (12/9/2016).

Hal senada juga dikatakan oleh penjaga tiket ke Pulau Penyengat, Ali, yang mengaku pengunjung di Hari Raya Idul Adha tahun ini tidak seperti biasanya. Bahkan, akibat kejadian yang menewaskan 15 orang tersebut, wisatawan cenderung menurun.

Ali menilai, meskipun telah menggunakan Life Jaket, tetap rasa trauma sangat mempengaruhi turunnya pengunjung ke tempat paling bersejarah di Tanjungpinang ini.

"Cuaca juga mempengaruhi, sekarang hujan, jadi mungkin banyak yang masih takut," ujar Ali.

Lebih jauh Ali mengatakan, pihaknya tengah berbenah kembali untuk  mengembalikan nama dan citra para penambang pompong pulau Penyengat. Karena, mereka merasa turut bertanggung jawab dan akan terus berbenah untuk meramaikan kembali pengunjung di Pulau Penyengat.

Sementara itu, belum lama ini Walikota Tanjungpinang, Lis Darmansyah, telah meresmikan pompong aman ke Pulau Penyengat selama 24 jam. Selain itu diserahkan pula Life Jaket dan aturan-aturan pun dibuat guna mengembalikan kepercayaan konsumen terhadap pompong yang dinaiki mereka untuk ke Penyengat.

Akan tetapi memang, rasa trauma itu belum hilang dari ingatan masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Ilham, pengunjung yang berencana ke Penyengat, namun tidak jadi dikarenakan cuaca kurang baik.

Ilham mengatakan, Lis sangat terlambat menerapkan berbagai aturan setelah kejadian. Bahkan Pemerintah dinilai selalu terlambat bergerak dan sudah menjadi kebiasaan, perubahan itu baru dilakukan setelah kejadian-kejadian negatif yang terjadi.

"Pemerintah selalu terlambat, setelah ada yang tewas baru mereka bergerak. Padahal semua sudah terlambat. Harusnya dari dulu. Itulah kenapa harusnya Pemerintah itu orang pintar, bukanlah berdasarkan citra dan nama besar saja. Jadi semuanya difikirkan, semuanya terukur, nggak setelah ada yang tewas baru dilakukan pengamanan," ujar Ilham.

Ilham pun menyinggung tentang pemangkasan pohon-pohon yang rimbun di pinggir jalan, itu juga dilakukan setelah ada korban tewas karena tertimpa pohon tumbang.

"Ini juga berpengaruh dengan kepercayaan masyarakat. Lihat saja, karena kecerobohan, pendapatan tekong pompong berkurang. Karena kejadian kemarin, wisatawan kurang, pendapatan masyarakat juga turut berkurang, banyak yang dirugikan," ujar lulusan Ilmu Politik di salah satu Universitas di Jakarta ini.

Editor: Udin